Padu padan bahan kontemporer, seperti scuba, katun, dan kanvas juga melengkapi 12 set busana eksplorasi tenun Tanimbar itu. /Bisnis.com
Fashion

Bebas Berkreasi dengan Padu-Padan Wastra Nusantara

Wike Dita Herlinda
Minggu, 27 Maret 2016 - 00:40
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Apa yang tebersit di benak Anda saat mendengar kata ‘acak-acak’? Sebagian orang pasti membayangkan suasana berantakan, kacau balau, atau kondisi yang semrawut dan tidak terkendali.

Namun, di tangan para perancang muda jebolan Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo yang menamai diri ‘AcakAcak’, kesan berantakan itu berhasil disulap menjadi sebuah karya fesyen yang modis dan dinamis.

Dipercaya sebagai penampil yang digandeng oleh Kementerian Koperasi dan UKM pada ajang Indonesia Fashion Week 2016, AcakAcak memberikan suguhan istimewa melalui koleksi bertajuk Z’Rowaste.

Sebagai lulusan LPTB yang telah empat windu berkiprah di jagat fesyen nasional, mereka berhasil menampilkan show singkat tetapi istimewa, dengan koreografi nan rapi serta paparan busana yang cukup membuat penikmat fesyen mengurai senyum puas.

Beragam set busana dalam koleksi tersebut didominasi oleh permainan dua wastra Nusantara, yaitu lurik dan tenun Tanimbar. Alih-alih menonjolkan kesan tradisional melalui permainan kain adat, label yang berbasis di Bali itu justru menyajikan koleksi cemerlang bernuansa futuristik.

“Belakangan ini, LPTB kami tengah mencanangkan penggunaan wastra Indonesia dalam berkarya kepada para alumni yang ikut bergabung di dalam butik AcakAcak. Bahkan, kami mempunyai program di kelas, mengenalkan kain-kain Nusantara,” jelas Susan Budihardjo.

Dominasi palet monokrom; hitam, putih, dan abu-abu nan edgy menyapu setiap padu-padan busana dalam koleksi Z’Rowaste. Sesuai konsepnya, baju-baju karya mereka kental akan garis kasual yang ringan, longgar, dan rileks.

Permainan potongan asimetris dan drape yang sedang tren di kalangan anak muda juga banyak ditonjolkan, sebagai refleksi kemudahan dan kebebasan padu-padan untuk penampilan yang ‘effortlessly edgy’.

Susan menjelaskan konsep dari koleksi tersebut adalah refleksi dari penerapan prinsip tanpa limbah (zero waste) dalam berkarya. Selain itu, karakteristik desainnya juga mengajak orang untuk bebas berkreasi dalam padupadan busana.

Pengerjaannya digarap oleh 12 desainer, yaitu Andreas Wen, Anindito Wicaksono, Astri Prinita, Aurelia Dalimunthe, Cindy Kwan, Dewi Saputri, Dian Ratna Purba, Fattahdilla Mezzaya, Ferin Felicia Limanto, Joselin Wijaya, Rachel Sherlynda, dan Sisi Brigitta.

TABRAK MOTIF

Untuk eksplorasi kain lurik, para desainer muda tersebut sengaja mengaplikasikan teknik tabrak motif yang berani. Lurik hitam motif tiga garis, lima garis, maupun gerimis dikawinkan dengan batik motif parang dan truntum warna sogam, hitam, dan putih.

Mereka juga menabrakkan motif abstrak geometrik yang disablon di atas wastra Nusantara dengan corak klasik untuk memberikan kesan kontemporer yang segar dan berjiwa muda. Permainan motif itu dikomposisikan ke dalam desain yang sarat akan potongan tidak lazim.

“Kami ingin agar kain tradisional seperti lurik dan batik mudah diterima anak-anak muda, karena itu kami bermain dengan potongan yang berkesan sembarang, menggunakan bahan masa kini seperti scuba, dan padu padan yang adaptif terhadap segala usia,” terang Aurelia.

Beberapa dari desain yang ditonjolkan pada 15 set busana lurik ini a.l. jaket bomber, celana 7/8 dan ¾ dengan detail belahan, atasan tanpa lengan, dan sweater yang keseluruhannya bernapaskan uniseks.

Sementara itu, untuk eksplorasi tenun ikat Tanimbar, mereka menerapkan desain yang lebih minim potongan dengan siluet yang ringkas, longgar, dan lurus, serta penggunaan teknik moulage agar tidak terlalu banyak guntingan.

“Kendala terbesar dari menggarap tenun tradisional seperti Tanimbar ini adalah lebar kain yang pendek. Kami mengakalinya dengan menyambungkannya dengan bahan-bahan lain,” jelas Astri Prinita.

Guna memberi sentuhan lebih atraktif pada kain asal Maluku Tenggara Barat itu, mereka menambahkan motif sablon berbentuk bunga putih dan kupu-kupu, yang biasa digunakan pada tenun tersebut.

“Sablon motif bunga dibuat dalam ukuran besar dan ditempelkan pada bagian busana yang mudah terlihat, seperti punggung dan lengan. Selain itu, tenun Tanimbar yang kaya warna dan bertekstur kasar ditabrakkan dengan kain lurik hitam yang lebih halus,” imbuhnya.

Padu padan bahan kontemporer, seperti scuba, katun, dan kanvas juga melengkapi 12 set busana eksplorasi tenun Tanimbar itu. Untuk menambah kesan futuristik, digunakanlah aksesori kacamata dan sepatu yang dimodifikasi sesuai dengan tema busana.

Adapun, aksen yang ditonjolkan adalah rompi panjang, cape, jaket panjang, celana ¾ dan rok sepan, serta outer atau luaran yang dapat dengan mudah dikombinasikan dengan atasan atau bawahan sesuai selera. Tertarik?

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (27/3/2016)
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro