Bisnis.com, NAIROBI - Para ilmuwan memperingatkan meningktanya cuaca ekstrem mempengaruhi tanaman pangan untuk memproduksi lebih banyak kandungan kimia yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia dan ternak yang mengkonsumsinya.
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Program Lingkungan PBB (UNEP) menyebutkan bahwa tanaman pangan seperti gandum dan jagung menghasilkan senyawa kimia beracun sebagai reaksi untuk melindungi diri dari cuaca ekstrem.
Senyawa kimia yang dihasilkan tumbuhan sebagai bentuk perlindungan diri ini dilaporkan berbahaya bagi manusia dan hewan jika dikonsumsi dalam waktu lama.
“Tanaman merespons kekeringan dan meningkatnya temperatur sama seperti yang dilakukan manusia ketika menghadapai stress,” kata Jacquiline McGlade, Kepala ilmuwan dan direktur Division of Early Warning and Assessment (Peringatan Dini dan Penilaian) UNEP.
Dalam kondisi normal, misalnya, tanaman mengkonversi nitrat yang diserap menjadi asam amino dan protein yang bergizi. Namun, kekeringan berkepanjangan memperlambat atau mencegah terjadinya konversi ini dan berujung pada terbentuknya penumpukan nitrat dalam tanaman.
Jika manusia mengkonsumsi terlalu banyak nitrat, maka hal ini dapat mempengaruhi kemampuan sel darah merah untuk membawa dan menyebarkan oksigen di dalam tubuh.
Adapun jenis tanaman yang rentan melakukan penumpukan nitrat akibat stres adalah jagung, gandum, jelai, kacang kedelai, millet dan sorgum.
Asam prussic - salah satu bahan yang digunakan dalam beberapa jenis senjata kimia - mengganggu aliran oksigen pada manusia. Bahkan paparan jangka pendek dapat melemahkan.
Menurut laporan tersebut, tanaman seperti umbi singkong, rami dan jagung merupakan yang paling rentan terhadap akumulasi asam prussic.
McGlade mengatakan kasus keracunan hindrogen sianida dan nitrat pernah dilaporkan terjadi di Kenya pada 2013 dan Filipina pada 2005. Di Kenya, dua anak dilaporkan meninggal setelah mengkonsumsi umbi singkong yang mengandung asam prussic tinggi setelah terjadinya curah hujan ekstrem.