Bisnis.com, BANDA ACEH - Penulis buku tentang proses perdamaian Aceh dan tokoh Hasan Tiro terpilih mengikuti Ubud Writers and Readers Festival.
Penulis Aceh Murizal Hamzah pembuat buku berjudul "Hasan Tiro: Jalan Panjang Menuju Damai Aceh", adalah satu dari 16 penulis Indonesia yang lolos seleksi sebagai pembicara pada Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) di Bali, 26-30 Oktober 2016.
Direktur Bandar Publishing, Mukhlisuddin Ilyas di Banda Aceh, Rabu (15/6/2016) menyatakan, lolosnya buku tersebut pada UWRF menunjukkan bahwa penulis Aceh masih tetap mengisi ruang-ruang level nasional.
UWRF yang diadakan setiap tahun di Bali itu menyedot perhatian ratusan penulis dari seluruh provinsi di Indonesia.
Tahun ini, panitia mengumumkan 16 penulis emerging Indonesia yang lolos seleksi sebagai pembicara pada festival yang diikuti oleh penikmat seni dari seluruh dunia.
Tahun ini, lomba UWRF diikuti oleh 894 penulis dari 201 kota di 33 propinsi Indonesia.
"Alhamdulillah, dari 16 penulis yang lolos seleksi ke Ubud, salah satunya karya buku yang diterbitkan oleh Bandar Publishing dengan editor M Adli Abdullah dan pengantar Gubernur Aceh Zaini Abdullah," katanya.
Mukhlisuddin menyebutkan berdasarkan email yang diterima pada Selasa (14/6) adapun 16 penulis yang tampil berbicara di Ubud berasal dari Aceh, Bukittinggi, Bangkalan, Yogyakarta, Kendari, Malang, Cilegon, Tangerang, Padang, Jakarta, Denpasar, Pamekasan dan Pontianak.
Disebutkan, agenda tahunan ini menghadirkan lebih dari 150 pembicara yang terdiri dari penulis, seniman, budayawan, dan para pemikir lainnya.
"Lolos seleksi yang ketat buku Biografi Hasan Tiro ke Ubud Writers adalah hal pertama bagi kami penerbit lokal. Ini semakin memberi semangat bagi kami untuk terus berkarya dengan buku-buku yang bermutu yang menjadi inspirasi bagi pembaca," ujar dia.
Direktur Bandar Publishing mengutip catatan yang dikeluarkan oleh Dewan Kurator UWRF 2016 Seno Gumira Ajidarma, Iswadi Pratama dan Kadek Sonia Piscayanti bahwa sepanjang sejarah program penulis emerging yang pertama diadakan pada 2008, jumlah penulis tahun ini merupakan yang tertinggi.
Hal ini mencerminkan betapa sesungguhnya gairah untuk menulis masih cukup tinggi di kalangan para penulis muda tanah air. Program ini menjadi salah satu wahana utama bagi penulis emerging Indonesia untuk menunjukkan pencapaiannya.
Dalam catatan Seno ditegaskan karya-karya penulis peserta seleksi dibaca terlebih dahulu oleh tim pre-kurasi yang terdiri dari sastrawan Ubud, Ketut Yuliarsa dan Manajer Program Indonesia UWRF, I Wayan Juniarta. Kemudian karya-karya inilah yang dibaca dan ditelaah oleh anggota Dewan Kurator.
"Menulis karya sastra bukan cuma soal memiliki isu atau tema atau ide, lalu menguraikannya dalam sekian banyak bab, sejumlah puisi, atau sejumlah esai, melainkan juga soal bagaimana menghadirkan kembali sebuah dunia yang mampu memberikan bukan saja perspektif yang segar, tetapi juga pengalaman berbahasa yang terus menerus tumbuh dalam karya yang disajikan," kata Mukhlisuddin mengutip pernyataan Seno.
Tema yang diusung di festival ke-13 kali ini adalah "Tat Tvam Asi", sebuah penggalan filosofi Hindu dari abad ke-6 dengan makna yang sangat dalam. Dalam bahasa Indonesia "Tat Tvam Asi" dapat diterjemahkan menjadi "Aku adalah engkau, engkau adalah aku" atau "Kita semua satu".
Adapun 16 penulis diundang ke Bali dengan akomodasi selama 6 malam, tiket pesawat PP serta uang saku ditanggung oleh panitia. Mereka menjadi pembicara di panel diskusi bersama penulis lainnya, bebas masuk ke 70 lebih acara Main Program, peluncuran buku antologi dwi bahasa bersama 16 penulis yang lolos seleksi tahun ini serta mengadakan workshop.