Bisnis.com, JAKARTA - Puluhan peserta konferensi internasional Prepcom UN Habitat III mengikuti program kunjungan lapangan ke Kampung Lawas Maspati, di Bubutan, Surabaya, Rabu (27/7/2016).
Di kampung wisata kreatif binaan Pemerintah Kota Surabaya dan PT Pelindo III (Persero) tersebut, para delegasi berinteraksi langsung dengan warga kampung. Mereka saling berbagi kisah.
Wong kampung menceritakan berbagai usaha mereka dalam mengubah kampungnya menjadi asri dan hijau, termasuk dengan mendaur ulang sampah dan mengolah air limbah. Topik itu ternyata sangat menarik bagi para delegasi konferensi tentang pengembangan kota dengan cara yang berkelanjutan tersebut.
Di sisi lain, para tamu juga dengan ramah memberikan sejumlah saran dan pendapat. Seperti yang dilakukan Md Hossain dari Universitas Brac, Bangladesh, saat mencicipi minuman herbal hasil olahan dari tanaman lidah buaya (Aloe vera) di teras salah satu rumah warga.
“Minuman ini tidak hanya enak, tetapi juga berkhasiat untuk kesehatan. Saya berharap warga juga memproduksi dalam bentuk bubuk-siap-seduh dalam kemasan, agar lebih mudah untuk dibawa (didistribusikan). Karena kalau dalam bentuk cair saya sukar membawanya dalam penerbangan,” sarannya.
Sementara itu, tamu lainnya dari Israel, Emily Silverman, mengungkapkan kekhawatirannya. “Apakah para generasi muda dari kampung ini masih mau untuk tinggal di sini setelah menikah? Maukah mereka terus bekerja untuk melestarikan (kampung) ini?” tanyanya.
Hal tersebut ditanggapi oleh Rifky Imansyah, pemuda yang tumbuh besar di sebuah rumah kuno buatan 1907 di Kampung Maspati, yang juga menjadi pemandu bagi para tamu kehormatan siang tadi.
“Meskipun nantinya jika setelah saya menikah, saya tidak tinggal di sini (Kampung Maspati) lagi. Saya akan tetap ikut aktif melestarikan kampung saya ini,” jawabnya.
Semangat warga kampung seperti yang disampaikan Rifky dan juga terlihat dari semaraknya penyambutan, mulai dari adanya photobooth, atraksi musik patrol, dan sajian minuman lokal, seperti jus markisa dan aneka jamu, yang mengundang kekaguman banyak pihak.
“(Dengan melihat apa yang warga lakukan pada kampungnya) ternyata membuat sesuatu hal yang baik itu tidak terlalu susah. Hal yang terpenting yaitu mau untuk bersama saling membantu dalam komunitas,” ujar Irge Olga Aujouannet dari Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan, Swiss, pada kesempatan yang sama.
Kebersamaan yang ada di Kampung Lawas Maspati tidak hanya antara nilai sejarah dari masa lalu dengan semangat untuk hidup yang lebih baik di masa depan. Juga tidak hanya antara para warga yang tinggal di sana, tetapi juga antarwarga kampung dengan berbagai pihak, seperti dengan Pelindo III sebagai perusahaan yang turun tangan membina kreativitas warga untuk mengembangkan konsep kampung wisata.
Kepala Humas Pelindo III, Edi Priyanto, menjelaskan bahwa Pelindo III terus mendorong warga agar mandiri secara ekonomi. Sehingga tidak terpaksa untuk menjual berbagai bangunan cagar budaya yang ada di sana kepada pihak lain.
“Selain Pelindo III sudah membangun selasar serba guna dan memberikan bantuan untuk mempercantik sudut-sudut kampung. Tanggapan positif dari tamu UN Habitat tersebut selaras dengan usaha Pelindo III untuk mengundang turis kapal pesiar yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak agar singgah di Kampung Maspati,” paparnya.
Atas kebersamaan tersebut, perwakilan delegasi dari Amerika Serikat, Katherine Kline, mengungkapkan kekagumannya. “Adalah suatu hal baik untuk membantu orang agar dapat tetap hidup di tempat tinggalnya, dengan cara hidupnya sendiri,” katanya.
Seiring matahari tergelincir pertanda sore, para tamu internasional itu bersiap pulang dan berjalan kembali ke bus-bus yang membawa mereka singgah. Warga kampung mengisi perpisahan tersebut dengan keceriaan dan bersama-sama menyanyikan lagu khas anak pramuka.
“Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama… Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama…”