Bisnis.com, JAKARTA - Banyak orang tua yang mengaku kerepotan membujuk buah hatinya agar menyukai sayur mayur. Bagi sebagian anak kecil, sayuran ibarat momok yang tidak menyenangkan dan menurunkan selera mereka.
Seringkali, para orang tua hanya menekankan pada ‘menyuruh’ anak makan sayur. Mereka menuntut anak-anaknya menyukai sayuran apapun yang terjadi. Akibatnya, nasehat mereka hanya masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
Jika Anda termasuk salah satu orangtua yang kesulitan membujuk anak menyukai sayuran, ada baiknya mengubah strategi pendekatan Anda. Salah satu yang bisa dilakukan adalah membujuk anak menyukai sayuran dengan menggunakan dongeng.
Ketua Komunitas Ayo Dongeng Indonesia, Ariyo Zidni, mengatakan dongeng bersifat mendidik anak untuk berperilaku lebih baik tanpa terkesan menggurui, menyuruh, atau menasehati. Oleh sebab itu, kemungkinan anak akan lebih mudah dipengaruhi lewat dongeng.
“Dongeng berbeda dengan menasehati. Kalau menasehati, sifatnya adalah komunikasi searah, di mana anak akan merasa digurui, disalahkan, atau dipaksa melakukan sesuatu,” ujarnya di sela-sela Festival Dongeng Internasional Indonesia di Museum Nasional belum lama ini.
Dia mengatakan kiat untuk membujuk anak menyukai makan sayuran bukan dengan menasehati. Kebanyakan orang tua, lanjutnya, hanya menekankan pada nasehat-nasehat tentang manfaat dari sayuran dan bahaya jika tidak mengonsumsinya.
“Cara-cara seperti itu cenderung tidak disukai oleh anak. Anak-anak lebih suka pendekatan persuasif yang seperti mengajak, ketimbang menyuruh. Dengan menggunakan dongeng, anak akan lebih mudah menangkap maksud dari orangtua.”
Melalui pendekatan dongeng yang ringan dan persuasif, anak-anak juga akan terpicu untuk mengolah cerita serta menyerap intisari dan nilai positif dari cerita tersebut. Sehingga, pada akhirnya mereka akan tergerak dengan sendirinya untuk berbuat kebaikan tanpa paksaan.
Lebih lanjut, dia menjelaskan dongeng merupakan salah satu medium interaksi yang paling efektif dan efisien untuk menyampaikan pesan moral bernilai positif serta pola hidup sehat pada anak-anak Indonesia.
Pendekatan persuasif itu diperlukan mengingat saat ini banyak anak Indonesia yang mengalami kurang gizi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, 37% anak Indonesia mengalami masalah pertumbuhan (stunting).
Indonesia juga tercatut ke dalam daftar 17 negara dengan tiga masalah gizi serius, yaitu; stunting, wasting, dan obesitas. Data Riskesdas juga mengindikasikan bahwa sayur dan buah tidak disukai rata-rata anak Indonesia, dan menjadi pemicu utama obesitas pada anak.
Menurut Head of External Communication ELN Indonesia, Fauziah Syafarina Nasution, pendampingan orangtua selama masa tumbuh kembang anak mutlak dibutuhkan guna menunjang pertumbuhan dan kesehatan mereka dalam jangka panjang.
“Salah satu pendampingan yang dapat dilakukan adalah melalui dongeng. Orangtua dapat mengajarkan pola hidup sehat dengan cara sederhana, serta mudah dipahami oleh anak sedari usia dini,” tuturnya pada kesempatan yang sama.
Salah satu tip mendongeng untuk mengajak anak menyukai sayuran adalah bercerita tentang pengenalan sayur dan buah dengan warna-warna menarik beserta rasanya yang enak. Sehingga, anak-anak diharapkan tertarik untuk mengonsumsinya.
Sementara itu, pemerhati pendidikan Najeela Shihab mengatakan dongeng juga dapat menjadi instrumen perangsang imajinasi anak. “Selain itu, juga membantu orang tua menjalin waktu kebersamaan dan membangun karakter anak melalui pesan moral dari cerita dongeng.”