Bisnis.com, JAKARTA - Banyak cara yang dilakukan orang tua untuk melatih kemandirian anak sejak dini. Salah satunya adalah membiasakan mereka untuk tidur sendiri sejak bayi. Kebiasaan yang lazim dilakukan orang tua di Barat itu belakangan mulai banyak diadaptasi oleh orang tua di Indonesia.
Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum kita melepas buah hati untuk tidur sendiri? Usia berapa tepatnya orangtua bisa mulai mengajarkan anak tidur sendiri? Apakah tidur sendiri sejak dini memang memengaruhi tumbuh kembang anak?
Psikolog dari Yayasan Buah Hati, Ery Soekresno, menjelaskan sebenarnya anak baru bisa dilepas untuk tidur sendiri antara usia 2-3 tahun. Akan tetapi, satu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan memaksakan anak untuk tidur sendiri jika memang dia belum siap.
Dia mengatakan pada dasarnya rata-rata anak baru bisa sepenuhnya ‘lepas’ dari dekapan fisik orang tua pada usia 7 tahun. Jadi, melatih anak untuk tidur sendiri sebaiknya dilakukan secara bertahap sejak usia 2 atau 3 tahun.
Lebih lanjut, hal pertama yang harus dilakukan sebelum membiasakan anak tidur sendiri adalah memperkenalkan si kecil pada kamar pribadinya. “Libatkan anak dalam proses mempersiapkan kamar. Misalnya biarkan dia memilih warna cat, mainan, atau furniturnya.”
Selanjutnya, jangan melatih anak untuk tidur sendiri dengan cara melarangnya tidur dengan ayah dan ibu. Sebaliknya, ajaklah dia untuk tidur sendiri dengan gaya bahasa persuasif. Misalnya, “Adik sudah punya kamar sendiri loh sekarang. Lebih bagus lagi.”
Memang, tidak semua anak sukses tidur nyenyak sampai pagi ketika baru belajar tidur sendiri. Ada anak yang suka pindah kembali ke kamar orang tuanya pada tengah malam. Untuk itu, orang tua harus mencari tahu penyebab anak berpindah-pindah tempat tidur.
“Bisa jadi, dia berpindah-pindah karena tidak nyaman dengan kamar barunya. Ada anak yang tidak suka dengan kamarnya, makanya dia kembali pindah ke kamar orang tuanya. Oleh karena itu, cari tahu lah dan buatlah kamar anak senyaman mungkin bagi mereka,” pesannya.
Namun, ada juga anak yang gemar berpindah-pindah karena merasa tidak aman. Biasanya, anak tipe ini memiliki daya adaptasi yang lebih rendah. Oleh karena itu, orang tua harus lebih sabar dan tidak mudah menyerah untuk melatih buah hatinya tidur sendiri.
Terkait ruang tidur anak, jika rumah keluarga memiliki keterbatasan ruang, boleh-boleh saja membiarkan kakak dan adik tidur di kamar yang sama. Namun, tetap harus diberi pembatas, terutama jika mereka berbeda gender.
Lalu, jika si ibu sedang mengandung calon adik, Ery menyarankan ada baiknya si kakak mulai dilatih untuk terbiasa tidur sendiri sebelum adiknya lahir. Namun, lagi-lagi, jangan memaksakan anak jika memang dia belum siap lepas sepenuhnya dari orang tua.
DAMPAK NEGATIF
Sementara itu, profesor psikologi Darcia Narvaez dari University of Notre Dame dalam jurnal Moral Landscape-nya menegaskan sikap memaksakan anak untuk terbiasa tidur sendiri sejak dini justru bisa berdampak negatif pada tumbuh kembangnya.
“Bayi butuh kontak fisik dengan orang tua atau caregiver. Bagi bayi, sangatlah menyakitkan untuk merasa sendirian. Setelah lahir, anak masih harus berada dalam dekapan intensif orang tuanya setidaknya selama 18 bulan ke depan agar dia nyaman dan tentram,” paparnya.
Sebaliknya, memaksa anak untuk terbiasa tidur sendiri sejak bayi sama saja dengan menyiksa mereka. Periode bayi tidaklah lama, tetapi jika mereka dibiasakan sendirian dan kekurangan sentuhan fisik orang tuanya sejak dini, hal itu akan memengaruhi kondisi psikologisnya seumur hidup.
Dengan melakukan percobaan kepada hewan mamalia, Darcia membuktikan bayi yang kekurangan kedekatan fisik dengan induknya cenderung akan mengalami hambatan pertumbuhan dan disregulasi sistem pada tubuhnya.
Dia mengatakan bayi dan anak-anak membutuhkan kehadiran orang tua atau caregiver sebelum mereka terlelap untuk merasa aman dan terlindungi. Apalagi, anak-anak kerap berimajinasi soal kondisi berbahaya dan menyeramkan pada malam hari.
“Saat anak memasuki usia lebih lanjut, seperti 3 tahun, orang tua baru boleh melatih si kecil untuk tidur di kamarnya sendiri. Akan lebih baik lagi jika orang tua membiarkan anaknya yang mengambil inisiatif,” jelas Darcia.
Selain itu, usahakan agar anak-anak tidak terpapar sesuatu yang bisa memacu daya imajinasinya tentang hal-hal menyeramkan. Misalnya, menonton film horor sebelum tidur. Sebab, mereka akan butuh waktu lama untuk menetralisasi bayangan seram itu.