Bisnis.com, JAKARTA - Jika bicara soal kota seni dan budaya, mayoritas masyarakat Indonesia akan langsung mengidentikkannya dengan kota-kota seperti Bandung atau Yogyakarta. Tidak banyak yang memandang Surabaya sebagai pusat kultural.
Berambisi untuk mengikuti jejak Kota Kembang dan Kota Gudeng, sekelompok seniman perempuan asal Kota Pahlawan menyatukan visi untuk mendorong ibu kota Jawa Timur itu sebagai salah satu kota seni terkemuka di Tanah Air.
Para seniman itu a.l. Jenny Lee, Woro Indah Lestari, Adrinalia Nila, Icha Dechapoe, Maria Goretti, Risya Ayudya, dan Intan Rista Rini. Ketujuh perempuan ini berkolaborasi menggelar pameran seni bertajukTransformasi sebagai wadah unjuk pamer produk seni dari Surabaya.
Pameran yang dihelat di Galeri House of Sampoerna pada 16 Desember 2016—14 Januari 2017 itu mengkapsulasi cerita tentang penggalan kehidupan pribadi dari masing-masing seniman itu.
Menurut Woro, tema Transformasi atau perubahan sangat menarik untuk diangkat karena masing-masing dari ketujuh perempuan itu pernah mengalami masa perubahan di dalam kehidupan mereka.
“Keberagaman makna transformasi yang ditangkap oleh masing-masing perupa menjadi hal unik untuk dinikmati ketika dituangkan ke dalam 14 karya seni lukis, tanah liat, dan instalasi yang variatf serta dikemas secara apik,” jelas Woro.
Pada pameran itu, Woro menampilkan lukisannya yang diberi nama Dalam Batas dan Celah. Melalui karyanya itu, dia hendak menggambarkan bagaimana sebuah budaya secara transparan bisa memberikan batas antara satu kelompok masyarakat dengan yang lain.
“Di satu sisi, keberadaan budaya juga secara alamiah memiliki celah yang membuka pola pertukaran dan percampuran tertentu yang akhirnya memicu terjadinya sebuah transformasi,” imbuhnya.
Lukisan yang merefleksikan wujud perkotaan yang menyembul di antara lubang-lubang kain batik parang yang terbakar itu menjadi perumpamaan budaya lokal yang mulai tergerus arus modernisasi, serta mulai terhapusnya tradisi oleh kemunculan peradaban baru.
Selain lukisan tersebut, karya lain yang menarik perhatian adalah lukisan berjudul Tentang Pagi oleh Jenny Lee. Di dalam karyanya ini, dia mengangkat tema perubahan paradigma tentang kaum Hawa pada era modern.
Menurutnya, saat ini para perempuan memiliki peran dan pengaruh yang jauh lebih besar ketimbang di masa lalu. Perempuan bisa memiliki kesempatan besar dan memberi pengaruh penting untuk mengejar asanya.
“Saya ingin menggoreskan harapan saya agar para perempuan mempunyai keinginan yang kuat, dengan suka cita dan bersemangat untuk mewujudkannya ibarat menyambut datangnya pagi,” tutur Jenny.
Seniman dan penulis asal Surabaya, Agus Koecink, berpendapat pameranTransformasi diterjemahkan ke dalam karya-karya bergaya kontemporer, tetapi tetap memiliki unsur tradisional Nusantara.
Menurutnya, para seniman perempuan itu mencoba menafsirkan ulang makna perubahan dengan menghadirkan karya-karya seni yang bisa jadi merupakan buah ide dari sesuatu yang berubah di lingkungan sosial maupun pribadi mereka.
“Sebuah perubahan tentu didorong oleh berbagai situasi dan kondisi sebelumnya. Biasanya, perubahan mempunyai dampak yang baik dan tergantung pada posisi mana ketika terjadi perubahan,” ujarnya.