Karya desainer Mel Ahyar yang ditampilkan pada panggung Plaza Indonesia Fashion Week 2017, Sabtu (25/3/2017)./Istimewa
Fashion

Masih Banyak PR bagi Fesyen Tanah Air Tembus Pasar Ekspor

Nindya Aldila
Sabtu, 1 April 2017 - 02:18
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Gejolak dunia mode telah membentuk celah besar bagi desainer dalam negeri untuk menancapkan kukunya ke pasar internasional. Namun, ternyata mimpi itu tak lantas disambut baik oleh keadaan dan situasi desainer yang baik.

Kesulitan akses terhadap sumber daya manusia yang memadai, mesin yang canggih, dan kapasitas produksi yang masih sangat terbatas membuat cita-cita desainer masih jalan di tempat. Belum lagi masalah bahan baku yang masih banyak diimpor dan keterbatasan akses kepada pasar ekspor.

Bicara masalah ekspor, sering diasosiasikan dengan manufaktur besar yang terikat dengan syarat-syarat kualitas produk dan standar pabrik yang tinggi. Jawabannya adalah benar. Tidak salah mengaitkan keduanya.

Sejatinya, peran desainer dalam menggerakkan roda industri mode lebih kuat ketimbang manufaktur. Industri besar bekerja mengikuti kemauan buyer, tetapi perancang busanalah yang menciptakan tren dan selera pasar yang baru.

Desainer fesyen yang ingin menyasar pasar dunia harus melepaskan pandangannya ke pasar massal. Dia harus membedakan dirinya dengan manufaktur besar. Dengan tangan-tangan desainer ini, produk orisinal dan berkarakter bisa menjadi alat untuk mengangkat nama Indonesia di mata dunia.

Namun, manufaktur besar yang diharapkan bisa memberikan slot untuk menggarap pesanan para pengusaha, diakui oleh Yenny dari PT San San Saudaratex Jaya agak sulit dikabulkan.

Meski kapasitas produksi perusahaan bisa mencapai 2,5 miliar pieces per bulan, 90% slot sudah digunakan untuk pasar ekspor dan 10% untuk permintaan perusahaan lokal yang sudah memiliki kontrak jangka panjang. Hal yang sama juga berlaku di beberapa perusahaan.

“Minimal booking di perusahaan kami sekitar 5.000 pieces per style busana dengan dua sampai tiga warna dan dengan kian yang sama,” katanya. Dengan minimal order sebesar itu, tentu akan dirasa berat oleh desainer.

Belum lama ini, asosiasi yang berada di bawah naungan Badan Ekonomi Kreatif, World Fashion Connect membeberkan bagaimana desainer dalam negeri dibekali dengan peluang yang amat besar untuk menembus pasar ekspor.

“Kami hadir untuk menjembatani desainer agar lebih meningkatkan mutunya, lebih kreatif, didukung dengan bahan baku yang bisa didapat, dan ujungnya bisa meningkatkan ekspor mewakili industri kreatif,” ujar salah satu founder World Fashion Connect Moskwita Darmawan.

KEARIFAN LOKAL

Berbekal keaneka ragaman warisan budaya, desainer ini diharapkan dapat membawa kearifan lokal ke kancah internasional agar identitas bisa menarik perhatian. Dengan begitu, diharapkan pula dukungan pemerintah bisa membanjiri karya desainer.

Muriel Piaser, fashion consultant asal Paris mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memasarkan produk-produk etnik. Salah satunya adalah masalah warna.

Di Paris, orang-orang kebanyakan tidak bermain banyak warna dan lebih sering memakai warna hitam, sementara di Rusia masih banyak yang memfavoritkan berbagai macam palet warna.

Tak hanya baju etnik, muslim wear atau busana muslim juga tengah santer di mata mode dunia. Hal itu dibuktikan oleh Nike yang mengeluarkan seri pakaian olahraga yang pro-muslim pada awal Maret. Selain itu, meningkatnya koleksi Ramadhan yang dilakukan oleh merek internasional seperti Burberry dan Mango.

Menurut data yang dia dapat, konsumen muslim di dunia menghabiskan sekitar US$243 miliar atau 11% dari total busana yang beredar di pasar.

Untuk itu, penting bagi desainer Indonesia untuk menyewa tim marketing yang handal yang mampu mengkotak-kotakkan antara selera lokal dan global.

“Teruslah berkreasi dengan batik, tapi Anda harus mengadaptasinya dengan tren saat ini. Selain itu, masalah bentuk busana juga penting. Beberapa negara juga masih mempertahankan baju-baju yang sesuai dengan budayanya,” jelasnya.

Namun pasar lokal masih menyisakan tempat yang luas bagi desainer Tanah Air. Tidak perlu jauh-jauh ekspor, masih banyak kesempatan untuk menggarap selera masyarakat Indonesia yang belum mencapai kejenuhan.

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Fajar Sidik
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro