Bisnis.com, JAKARTA — Nama Mouly Surya sudah tak asing lagi dalam dunia perfilman Indonesia. Meski tak seproduktif banyak sutradara terkenal lainnya, perlahan namun pasti Mouly tetap menghasilkan karya terbaiknya bagi industri perfilman Indonesia.
Prestasi membanggakan kembali diukir Mouly di film ketiganya ini. Selain terseleksi pada Asian Project Market di Busan Festival pada 2015, tahun ini karya terbaru Mouly berjudul Marlina si Pemburu dalam Empat Babak akan berangkat ke Cannes Film Festival 2017.
Melihat prestasi Mouly, tak jarang orang menyayangkan jika Mouly hanya menghasilkan satu film dalam kurun waktu lima tahun.
Dalam sebuah kesempatan, Mouly mengungkapkan jika di rumah produksi Cinesurya Pictures hanya ada empat orang pengelola. Dirinya sendiri sebagai sutradara dan dua lainnya adalah Rama Adi dan Fauzan Zidni sebagai Produser.
“Di kantor itu hanya ada empat orang. Saya, Fauzan dan Rama dan satu lagi Office Boy,” kata Mouly sambil tertawa.
Karena faktor kekurangan sumber daya manusia tersebutlah diakui Mouly sebagai salah satu faktor lamanya produksi film yang dilakukan. Bahkan untuk mengerjakan satu film pun, Mouly mengatakan butuh waktu tiga hingga empat tahun. “Segala hal kami urus dengan sendirinya. Di samping itu, memang banyak proses yang harus kita lalui untuk menghasilkan karya yang baik,” katanya.
Meski hanya bertiga, Cinesurya Pictures tetap mengukir prestasi lewat karya-karya filmnya yang tak biasa. Sebelum menggarap film Marlina, Mouly menyutradarai film Why They Don’t Talk Abaut When They Talk About Love pada 2013 . Film ini menjadi film Indonesia pertama yang masuk seleksi World Cinema Dramatic Competition Sundance Film Festival.
Selain itu, film pertama Mouly bertajuk fiksi pada 2013 mengantarkan Mouly menjadi satu-satunya prempuan peraih Piala Citra untuk kategori sutradara terbaik.
Entertainment
Mouly Surya, Sutradara Indonesia yang Kembali Mengukir Prestasi
Penulis : Ramdha Mawaddha
Editor : Martin Sihombing