Bisnis.com, JAKARTA - Ikon pop Beyonce mengkampanyekan air bersih dan aman bagi anak-anak di Burundi dalam sebuah kemitraan membantu Dana Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (UNICEF).
Rencana untuk proyek bernama BEYGOOD4BURUNDI itu untuk membantu membangun sumur dan memperbaiki pendidikan tentang kebersihan dan air serta fasilitas sanitasi di sekolah, demikian pernyataan UNICEF dan bintang Amerika Serikat (AS) itu, Sabtu (1/7).
UNICEF mencatat dua dari lima orang di Burundi di Afrika Timur tidak memiliki akses pada air bersih. Pernyakit terkait buruknya baku mutu air dan sanitasi juga menjadi penyebab utama kematian di kalangan anak-anak di negara berpenduduk 12 juta orang itu.
Satu dari 12 anak di Burundi meninggal sebelum usia lima tahun, catat UNICEF, seperti dikutip Thomson Reuters Foundation.
"Akses terhadap air adalah hak fundamental. Bila Anda memberi anak air bersih dan aman, Anda tidak hanya memberi mereka hidup, Anda memberi mereka kesehatan, pendidikan, dan masa depan yang lebih cerah, " kata Beyonce (35), dalam pernyataan bersama UNICEF.
Beyonce mengatakan lebih dari dua juta orang di Burundi menghabiskan lebih dari 30 menit sehari untuk mengumpulkan air, sehingga memaksa anak-anak untuk melewatkan sekolah dan menempatkan anak perempuan dalam bahaya tertentu saat mereka berjalan bermil-mil untuk mencari sumur air bersih.
Salah satu penyanyi terpopuler di dunia itu telah menjual lebih dari 100 juta rekaman sebagai artis solo. Dia memiliki tiga anak, termasuk anak kembar yang lahir awal bulan ini, dengan suaminya, bintang rap dan pengusaha Jay Z.
"Kemitraan unik ini menggabungkan keahlian UNICEF dalam menyediakan air bersih untuk anak-anak di Burundi dan di seluruh dunia dengan kekuatan, serta pengaruh dunia hiburan untuk membawa perubahan sosial," kata kepala pelaksana UNICEF di AS, Caryl Stern.
Baik Beyonce maupun UNICEF tidak mengungkapkan secara pasti berapa nilai dana yang dikucurkan untuk melaksanakan proyek air bersih itu.
Tahap pertama BEYGOOD4BURUNDI berfokus pada empat pedesaan di wilayah negara Afrika Timur yang terkurung daratan yang telah dilanda oleh kerusuhan sipil dan kekerasan serta kekeringan dan gizi buruk.
Burundi secara ekonomi tercatat terjun ke krisis mulai April 2015 saat Presiden Pierre Nkurunziza berencana mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.
Hal itu, menurut pihak oposisi Burundi, tidak selaras dengan konstitusi dan melanggar sebuah kesepakatan perdamaian yang telah mengakhiri perang saudara di negara tersebut 10 tahun sebelumnya.
Nkurunziza terpilih kembali, namun beberapa lawannya mengangkat senjata, sehingga perdamaian di sana ibarat jauh panggang dari api.
Setidak-tidaknya 700 orang telah terbunuh, dan kelompok hak asasi manusia memperkirakan lebih dari 400.000 orang telah dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka akibat konflik bersenjata di Burundi.