Bisnis.com, PARIS - Ajang Academy Award kembali memberikan kejutan kepada dunia. Kali ini, juri ajang bergengsi tersebut memasukkan dua nama sineas dari Timur Tengah yakni Ziad Doueri yang mewakili Lebanon, dan Firas Fayyad dari Suriah sebagai nominator untuk dua kategori yang berbeda,
Nama Doueri masuk dalam nominasi kategori Film Berbahasa Asing Terbaik, melalui filmnya berjudul The Insult. Sementara itu, film karya Fayyad yang berjudul Last Men in Aleppo masukke dalam nominasi kategori Film Dokumenter Terbaik.
Film The Insult yang diproduksi di Beirut, Lebanon mengisahkan tentang pertandingan bahasa slang antardua individu yang berujung pada proses pengadilan. Film ini juga menyoroti ketegangan sektarian yang muncul di masyarakat Lebanon.
"Nominasi ini adalah kabar baik karena menjadi pertama kalinya Lebanon masuk ke dalam nominasi Oscar, dan tentunya ini menawarkan sedikit harapan. Rasanya seperti menang medali. Rasanya seperti ikut Olimpiade dan tim Anda untuk pertama kalinya memenangkan medali perunggu atau perak," ujar Doueri, seperti dikutip dari Reuters.
Pengiriman film ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan oleh sineas Lebanon, setelah para juri di Academy Awards menyertakan film hasil produksi sineas dari negara di kawasan Mediterania pada 1978.
Proses penayangan The Insult ternyata tidak mudah. Film ini sempat diboikot untuk ditayangkan di negaranya sendiri oleh kelompok tertentu yang tidak menyukai hubungan dekat Doueri dengan Israel.
Alasannya karena kelompok tersebut melihat pada film Doueri yang berjudul The Attack diproduksi di Israel.
Film lain yang masuk dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dalam ajang piala Oscar kali ini adalah A Fantastic Woman (Jerman), Loveless (Rusia), On Body and Soul (Hungaria), dan The Square (Swedia).
Sementara itu, Firas Fayyad mengharapkan, capaiannya ini dapat menginspirasi warga Suriah dalam menghadapi konflik politik yang berkepanjangan.
Film Last Men in Aleppo menceritakan tentang sepak terjang sukarelawan yang bernama White Helmets yang membantu penduduk yang terjebak dalam konflik Suriah.
"Saya sangat bangga dengan hal ini karena bisa membuka jalan untuk filmmakers dan seniman lainnya untuk menyadari bahwa tidak ada yang tidak mungkin, bahkan di saat negara Anda hancur, tidak ada sumber pangan, dan di saat mulai kehilangan orang-orang yang berjuang bersama di sekitar Anda," jelasnya.
Film Last Men in Aleppo ini akan bersaing dengan film dokumenter lain seperti Abacus: Small Enough to Jail, Faces Places, Icarus, dan Strong Island.