Bisnis.com, JAKARTA – Keberhasilan anak adalah impian setiap orang tua. Tetapi kadang persoalan finansial menjadi alasan untuk tidak terlalu berharap, padahal kenyataannya tidak begitu.
Orang tua dengan kemampuan finansial menengah bawah bukan berarti tak dapat membuat anaknya menjadi pribadi yang berhasil. Bahkan orang tua dengan pendidikan terbatas pun bisa membuat sang buah hati lebih cerdas.
Salah satunya adalah dengan kebiasaan membaca. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa membaca dapat membantu meningkatkan perkembangan bahasa dan keterampilan kognitif anak.
Mengajarkan kebiasaan membaca akan lebih efektif lagi apabila aktivitas tersebut dilakukan secara bersama antara anak dan orang tua.
Peneliti telah menguji efektivitas program membaca yang dilakukan orang tua bersama anak-anak di 22 pusat penitipan anak gratis. Khususnya untuk keluarga yang memiliki penghasilan rendah di Boa Vista, Brasil Utara.
Pada awal tahun ajaran, setengah dari 22 pusat penitipan dipilih secara acak dengan menawarkan kesempatan kepada orang tua untuk berpartisipasi dalam program membaca. Sementara itu, sisanya hanya sebagai tempat penitipan anak biasa.
Sejumlah program yang dijalankan. Keluarga partisipan bisa meminjam buku di tempat penitipan, dan orang tua dapat berpartisipasi dalam lokakarya bulanan yang berfokus untuk membaca dengan suara keras. Selain itu juga meningkatkan interaksi dengan anak-anak selama waktu senggang.
Menjelang akhir tahun ajaran, hasil riset menunjukkan bahwa anak-anak di keluarga ini memiliki nilai kemampuan kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak di penitipan yang tidak mengikuti program membaca. Termasuk juga dalam kemampuan bahasa dan ingatan anak.
Adriana Weisleder, peneliti pediatri di New York University School of Medicine mengatakan, buku berisi bahasa dan gagasan yang jauh lebih beragam dan kompleks daripada ucapan khas untuk anak-anak.
“Peningkatan dalam membaca bersama ini mendukung pembelajaran anak tentang kata-kata dan konsep baru serta kemampuan mereka untuk terlibat dalam pemikiran yang lebih abstrak. Tercermin dari tes kosakata, memori dan IQ,” kata Weisleder seperti dikutip dari Reuters.
Menurutnya, dengan fakta bahwa keluarga partisipan riset memiliki keterbatasan pendidikan dan pendapatan, maka cara yang sama bisa diterapkan di negara berkembang untuk meningkatkan kecerdasan anak.
“Ini memberikan bukti eksperimental yang kuat soal manfaat membaca bersama orang tua,” tambah Weisleder.
Penelitian ini melibatkan 279 pasangan orang tua-anak di pusat penitipan yang menawarkan program bacaan dan 287 pasangan orang tua dan anak di pusat-pusat tanpa program.
Sebagian besar orang tua yang bergabung dalam penelitian ini adalah ibu, dan sekitar dua per tiganya menikah atau tinggal dengan pasangan. Setengah dari mereka tidak memiliki upah minimum dan sekitar 40% tidak menyelesaikan sekolah menengah atas.
Dalam program membaca itu, orang tua menghadiri lokakarya bulanan dengan seorang fasilitator yang membimbing diskusi tentang membaca dengan suara keras. Pada kesempatan lain mereka berinteraksi dengan anak-anak seperti bermain dan berbicara selama rutinitas sehari-hari.
Di setiap lokakarya, orang tua berbagi pengalaman membaca mereka dengan suara keras di rumah, membahas hambatan dan solusi potensial untuk membaca dengan suara keras, termasuk tantangan dengan perilaku anak serta berlatih membaca dengan suara keras dengan anak mereka.
Penelitian ini terbatas pada anak-anak yang terdaftar di tempat penitipan, dan mungkin tidak mencerminkan apa yang akan terjadi pada anak-anak di luar lingkungan tersebut.
Meski begitu, aktivitas dalam penelitian ini dapat dimasukkan ke dalam program penitipan anak dan potensial untuk disebarluaskan.