Bisnis.com, JAKARTA -- Hidup di kota besar dengan tingkat kebisingan lalu-lintas yang tinggi ternyata berpengaruh ke sistem kerja jantung kita. Bahkan, penyakit bisa mengancam.
Mungkin pada awalnya kita tidak percaya bahwa penyakit jantung bisa disebabkan oleh kebisingan lalu-lintas. Namun, peneliti telah menemukan adanya korelasi antara lalu-lintas dan kebisingan terhadap penyakit jantung.
Sejumlah peneliti menulis di Journal of the American College of Cardiology bahwa kebisingan ternyata terkait dengan gangguan, stres, gangguan tidur, dan gangguan kinerja kognitif.
Artikel berjudul “Environmental Noise and the Cardiovascular System” itu ditulis oleh peneliti asal Jerman dan Denmark, yakni Thomas Münzel, Frank P. Schmidt, Sebastian Steven, Johannes Herzog, Andreas Daiber, dan Mette Sørensen dan terbit pada awal tahun ini.
Disebutkan bahwa kebisingan lingkungan mempengaruhi kondisi jantung, termasuk hipertensi arterial, stroke, gagal jantung dan penyakit arteri koroner.
“Studi observasional dan translational menunjukkan bahwa terutama kebisingan malam hari meningkatkan kadar hormon stres dan stres oksidatif vaskular, yang dapat menyebabkan disfungsi endotel dan hipertensi arterial,” ungkap para peneliti.
Saat ini penyedia layanan kesehatan masih fokus pada faktor risiko tradisional saat mereka mendiagnosis, mencegah, dan mengobati penyakit jantung. Namun, terdapat banyak bukti bahwa faktor dari lingkungan fisik akan berperan dalam mengatasi penyakit jantung.
Meskipun begitu, penelitian tersebut tidak tidak dapat menentukan mekanisme mana yang mungkin jadi pemicu aktif dalam penyakit jantung akibat kebisingan.
Untuk memahami mekanisme apa yang bisa mendorong hubungan antara kebisingan dan penyakit jantung, periset dari Departemen Penyakit Dalam di Pusat Medis Universitas Johannes Gutenberg Mainz, Jerman, meninjau literatur ilmiah yang ada.
Mereka melakukan penilaian terhadap bukti yang muncul tentang hubungan antara penyakit jantung dan kebisingan. Mereka juga meninjau penelitian tentang efek kebisingan pada sistem saraf, serta menyelidiki efek buruk dari kebisingan pada hewan dan manusia.
Dari bukti yang dievaluasi dalam tinjauan tersebut, ditemukan bahwa respons stres pada sistem saraf diaktifkan oleh paparan kebisingan. Respons stres inilah yang mendorong lonjakan hormon yang dapat merusak pembuluh darah.
Peneliti juga menghubungkan kebisingan dengan stres oksidatif – ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk meniadakan efeknya – serta masalah pada pembuluh darah, sistem saraf, dan metabolisme.
Kebisingan, baik dari lalu-lintas atau pesawat terbang, juga berkontribusi terhadap hipertensi, diabetes dan faktor risiko penyakit jantung lainnya.
Mereka mengusulkan agar dilakukan pengaturan tingkat kebisingan, baik pada lalu-lintas darat maupun pesawat terbang. Para peneliti meyakini upaya pengurangan tingkat kebisingan sangat dibutuhkan masyarakat.