Maria Augusta Ramos penulis film O Processo/Reuters
Entertainment

Film Pemakzulan Presiden Brasil Tayang di Berlinale

Ilman A. Sudarwan
Sabtu, 24 Februari 2018 - 11:38
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Masyarakat Brasil rupanya masih terpecah belah setelah pemakzulan presiden Dilma Rousseff pada 2016. Fenomena ini diungkapkan dalam film dokumenter “O Proceso” (“Penghakiman”) yang tayang perdana di festival film Berlin atau Berlinale 2018.

Film “O processo” adalah salah satu dari 400 film yang ditayangkan di Berlinale. Festival film ini akan berlangsung sampai 25 Februari 2018.

Film tersebut disutradarai oleh sutradara Maria Agusta Ramos. Dia menggabungkan potongan gambar proses sidang pemakzulan Rousseff dengan gambar situasi demonstrasi yang berlangsung di jalanan pada waktu itu.

“Film ini bercerita tentang banyak hal yang terjadi di Brasil saat ini. Negara ini masih benar-benar terpecah belah,” ujar Ramos sebagaimana dikutip dari Reuters.

Roussef adalah presiden perempuan pertama Brasil. Dirinya dimakzulkan pada 2016 karena kasus korupsi dan dianggap bertanggung jawab atas krisis ekonomi yang terjadi.

Namun kondisi tersebut memicu perdebatan di antara masyarakat yang pro dan kontra. Para pendukungnya berpendapat pemakzulan Rousseff karena krisis ekonomi adalah sebuah langkah kudeta.

“Sebuah kudeta parlementer akan berdampak kepada setiap lapisan masyarakat secara utuh, dan hal inilah yang sedang kami saksikan saat ini,” tuturnya.

Dia juga menambahkan bahwa demokrasi di Brasil saat ini tengah “sakit” dan negara harus berhadapan dengan isu-isu besar yang terjadi. “Tidak mungkin memercayai tidak ada perubahan terhadap demokrasi saat terjadi kudeta parlementer,” tegasnya.

Dia mengharapkan filmnya bisa mengajak masyarakat untuk melihat masalah yang dengan cara pandang yang tak terlalu emosional.

Untuk diketahui, Brasil akan mengadakan pemilihan presiden pada Oktober nanti. Mantan presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang mencalonkan diri sepertinya akan didiskualifikasi keterlibatannya dalam kasus korupsi yang terungkap pada Juli 2018.

Melihat kondisi tersebut, Ramos merasa khawatir dengan proses pemilihan presiden nanti akan bersifat diskriminatif. “Saya berharap bahwa kami bisa sangat demokratis, masyarakat seharusnya bebas memilih siapapun yang ingin mereka pilih, termasuk Lula,” jelasnya.

Menjelang bagian akhir film, Ramos menampilkan kondisi yang terjadi 9 bulan setelah Rousseff dimakzulkan. Suksesornya, presiden Michel Temer, juga mendapat tuduhan korupsi dari pengacara umum.

“Sejarah terus mengulang dirinya sendiri. Rasa kecewa dan frustasi tersebar di seluruh Brasil saat ini,” tegasnya.

Sumber : Reuters
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro