Bisnis.com, JAKARTA - Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia atau Perdossi meyakini lebih dari 50% orang yang menjalani aktivitas dan gaya hidup berisiko mengalami Neuropati.
Menurut dr. Manfaluthy Hakim, Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perdossi, satu dari dua orang yang berusia di atas 30 tahun sering mengalami kesemutan dan kebas. Kondisi ini sebenarnya mulai dirasakan pada usia 30 tahun dengan rasio 1:4 orang.
"Aktivitas dengan gerakan berulang-ulang menjadi salah satu faktor risiko terjadinya masalah di saraf tepi yang disebut dengan Neuropati," ujarnya saat paparan studi klinis terbaru NENOIN di Jakarta, Jumat (16/3/2018).
Pada urutan pertama, gerakan berulang-ulang yang dapat mengakibatkan Neuropati, kata dia, adalah chatting di smartphone. Kemudian mengendari motor, memasak, menjahit dan mengetik di komputer.
Selain itu, sejumlah gaya hidup yang biasa dilakukan dalam keseharian juga bisa memicu gangguan saraf, yakni menggunakan sepatu dengan tumit yang tinggi, minum minuman beralkohol dan merokok.
Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya Neuropati, lanjutnya, adalah penurunan fungsi saraf karena usia. Penyakit diabetes juga bisa membawa persoalan ini ke penderitanya, begitu juga mereka yang mengalami kekurangan vitamin neurotropik B1, B6 dan B12.
"Vitamin B1 itu sebagai sumber energi saraf, vitamin B6 untuk meningkatkan transmisi nadi saraf dan vitamin B12 berguna memulihkan dan menjaga keutuhan sel saraf dari kerusakan."
Karena itu, kata dia, setiap individu perlu menjalani pola hidup sehat dengan sering berolahraga. Bagi mereka yang sibuk juga harus menyisihkan waktunya paling tidak 5-10 menit sebanyak tiga kali sehari untuk melakukan gerakan pemanasan.
Di samping itu, tubuh juga perlu diasup makanan bergizi seperti ikan, daging, kacang-kacangan, gandum atau beras merah dan susu. Kemudian beristirahat yang cukup dengan maksimal 8 jam dan tidak kurang dari 6 jam per hari, serta tentunya memenuhi kebutuhan vitamin neurotropik B1, B6 dan B12.