Bisnis.com, JAKARTA - Alokasi dana untuk kampanye dan penanganan kanker dinilai masih kurang meski penyakit tersebut semakin menjadi ancaman serius dan salah satu yang paling mematikan.
Soehartati Gondhowiardjo, Ketua Federasi Organisasi Asia untuk Radiasi dan Onkologi mengungkapkan, pada 2030 diproyeksikan jumlah penderita kanker pada kasus baru di dunia akan mencapai 21 juta dan 14 juta di antaranya tidak akan bertahan hidup.
"Masalahnya memang alokasi dana kesehatan kita belum terlalu memadai, saya tidak tahu (angka ideal), tetapi melihat waiting list (daftar tunggu pasien) sekarang masih panjang, berarti alokasi dana belum memadai," kata dia di sela-sela The Economist Event’s War on Cancer Southeast Asia 2018 di salah satu hotel di Jakarta, belum lama ini.
Namun dia tidak dapat memastikan besaran dana yang ideal untuk dapat menangani dan menekan kasus kanker di Indonesia. Kendati demikian, dia meyakini bila gaya hidup sehat diterapkan masyarakat, akan dapat menekan kasus baru hingga 43%.
Dari catatan Bisnis, besarnya biaya penanganan kanker yang direalisasikan lewat BPJS Kesehatan berada pada angka Rp2 triliun pada 2017, di luar dari Leukimia.
Adapun beban biaya yang sudah dikeluarkan untuk kanker dalam empat tahun terakhir sebesar Rp1,5 triliun (2014), Rp2,2 triliun (2015), Rp2,3 triliun (2016) dan Rp2,1 trilun (2017). Sedangkan khusus untuk Leukimia sebesar Rp126 miliar (2014), Rp175 miliar (2015), Rp183 miliar (2016) dan Rp215 miliar (2017).
Menurut Aru Wisaksono Sudoyo, Ketua Yayasan Kanker Indonesia, forum itu bukan bertujuan mengambil keputusan atau kebijakan terhadap dana penanganan kanker. Namun untuk menggugah perhatian para pengambil kebijakan bahwa penyakit ini semakin hari semakin mengancam dan memakan biaya yang tidak sedikit.
Namun, dia memaklumi bahwa alokasi dana atau kebijakan dari Pemerintah, khususnya di Indonesia, selama ini masih kurang karena begitu banyak masalah yang menjadi prioritas.