Bisnis.com, JAKARTA -- WHO akan menggelar pertemuan darurat untuk membahas penyebaran ebola di Republik Demokratik Kongo.
Panel tersebut akan menentukan apakah akan mendeklarasikan keadaan darurat kesehatan publik yang membutuhkan perhatian internasional. Jika iya, maka keputusan itu akan memicu respons yang lebih besar.
Dilansir dari BBC, Jumat (18/5/2018), setidaknya 44 orang diyakini terinfeksi ebola dan 23 kematian sedang diselidiki untuk mengetahui apakah terkait dengan virus tersebut.
Berbagai kasus yang sudah tercatat terjadi di daerah kota Mbandaka dan sekitarnya. Kota ini memiliki populasi 1 juta orang dan merupakan sebuah hub transportasi di Sungai Kongo, sehingga memunculkan kekhawatiran virus menyebar ke lokasi yang lebih jauh, termasuk ke ibu kota Kinshasa dan negara tetangga.
"Ini membuat kondisi semakin mendesak bagi kami untuk bergerak cepat ke Mbandaka untuk menghentikan penyebarannya," ujar Wakil Direktur Jenderal Penanganan Darurat WHO Peter Salama.
WHO sebelumnya mengakui terlambat merespons penyebaran virus tersebut pada periode 2014-2016, ketika ebola menewaskan lebih dari 11.000 orang di Afrika Barat.
Ebola adalah penyakit menular yang menyebabkan pendarahan internal dan dapat berakibat fatal. Penyakit ini bisa menyebar dengan cepat melalui kontak dengan cairan tubuh--sesedikit apapun--dan gejalanya mirip dengan flu.
Saat ini, dari 44 kasus yang dilaporkan, 3 di antaranya telah dikonfirmasi sebagai ebola, 20 lainnya masih kemungkinan, dan 21 lainnya dugaan.
Salama mengungkapkan fasilitas isolasi dan fasilitas penting lainnya telah disiapkan di Mbandaka. Menurutnya, virus itu terbawa ke kota tersebut oleh tiga orang yang menghadiri pemakaman korban ebola lainnya di Bikoro, selatan Mbandaka.
Lebih dari 4.000 dosis vaksin eksperimen tehalh dikirim WHO ke Kinshasa pada Rabu (16/5) dan kiriman selanjutnya akan segera dilakukan.