Bisnis.com, JAKARTA -- Susu dikenal sebagai minuman yang kaya akan kalsium untuk membantu pertumbuhan dan kepadatan tulang. Lebih dari itu, ada sederetan manfaat baik lainnya untuk kesehatan.
Namun, tahukah Anda bahwa selain kalsium susu juga mengandung komposisi asam lemak yang unik dan kompleks jika dibandingkan dengan bahan pangan lainnya.
Komposisi asam lemak itulah yang dinilai penting dalam membantu menyehatkan tubuh, termasuk untuk mencegah tubuh dari risiko terpapar penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes.
Ahli gizi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Marudut menuturkan komposisi asam lemak yang unik dan kompleks tersebut dapat menjadi alasan bahwa susu tidak dapat digantikan oleh bahan pangan lainnya. “Makanan mungkin sama-sama mengandung protein, namun dia terikat dalam matrix pangan sehingga perlu dipecah terlebih dahulu,” kata Marudut.
Sebagai informasi, protein yang terkandung dalam susu antara lain kasein, whey, dann lainnya. Jumlah yang terbanyak adalah kasein dengan jumlah mencapai 80%. Kasein baik untuk pertumbuhan tulang. Sedangkan whey dan protein lainnya memiliki manfaat untuk kekhususan tertentu. Susu juga mengandung asam lemak yang unik dan kompleks.
Susu memiliki komposisi asam lemak yang unik dan kompleks lantaran tersusun atas lebih dari 50 jenis asam lemak, selain itu juga memiliki kandungan karbon ganjil yakni asam pentadecanoat dan asam heptacecanoat atau asam lemak trans pada pangan olahan lainnya, yang dihasilkan lewat proses hidrogenasi atau penambahan atom hidorgen.
Keunikan dan kekomplekan asam lemak tersebut akan memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Segelas susu rata-rata mengandung 3-4% lemak susu dan dari jumlah lemak tersebut terdiri 90% lemak jenuh, 3,7 asam lemak trans, dan 5,3 asam lemak jenuh.
“Meskipun susu mengandung asam lemak trans, tapi karena susu yang dikonsumsi melalui proses biohidrogenasi, jadi malah bermanfaat bagi tubuh.Tidak banyak terdapat penjelasan tentang hal tersebut, ini yang harus juga dipahami,” katanya.
Berdasarkan penelitian pada orang dewasa multi etnik kohort di Amerika Serikat ditemukan hasil bahwa semakin tinggi sirkulasi asam trans palmitoleat merupakan biomarker risiko diabetes yang lebih rendah.
Konsentrasi asam lemak trans palmitoleat berhubungan dengan penurunan trigliserida sebesar 19%, menurunkan insulin puasa hingga 9,1 %, menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 2,4 mm Hg, dan menurunkan resiko diabetes.
Hasil penelitian ini konsisten dengan metaanalisis dan sistematik review yang telah dipublikasikan pada 2015, bahwa asam lemak trans khususnya asam trans palmitoleat dapat menurunkan risiko terkena diabetes melitus. Bahkan selain untuk mencegah tubuh terkena penyakit-penyakit tidak menular, asupan susu yang tepat dapat menolong untuk menstabilkan berat badan.
“Jadi mengakonsumsi tidak bikin gemuk, orang minum susu bisa gemuk itu dari mana. Itu jelasa saya bantah,” tambahnya.
Selain itu, Marudut mengatakan peran susu dapat membantu percepatan perbaikan gizi serta investasi kesehatan di Indonesia. Susu merupakan salah satu sumber zat gizi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, serta sebagai upaya peningkatan kualitas gizi.
Data Global Nutrition Report 2015 menempatkan Indonesia dengan masalah gizi yang kompleks, dengan indikator masih tingginya jumlah balita kurang gizi (underweight) dengan ciri pendek (stunting), kurus (wasting), kekurangan berat badan (underweight) dan menderita anemia.
Dia menjabarkan muatan pertama protein, dengan kualitas terbaik di antara berbagai jenis pangan dan hanya setara dengan protein pada telur. Kedua, kalsium, asupan kalsium yang cukup sejak usia dini dapat menjadi investasi kesehatan di masa yang akan datang.
Pasalnya, dia menjelaskan zat kalsium juga menentukan cepat atau lambatnya osteoporosis. Apabila seseorang kekurangan asupan kalsium, gigi akan mudah rusak karena tubuh akan mengambil kalsium dari gigi.
Dia mengatakan kandungan protein, kalsium, fosfor dan vitamin D yang terdapat pada susu sangat bermanfaat, khususnya di masa pertumbuhan. Marudut mengungkapkan, berbagai penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara konsumsi susu rutin sesuai takaran dengan kepadatan tulang.
“Bahkan pediatri atau lansia tetap mendapatkan manfaat susu meskipun secara fisiologis degenarisi absorbsi zat gizi berbeda, balita bisa mengabsorbsi kalsium sebesar 60%, sedangkan lansia 10%,” jelasnya.