Bisnis.com, JAKARTA – Setelah sukses pada tahun pertamanya, Institut Kesenian Jakarta kembali menggelar PostFest pada 21 Juli – 5 Agustus 2018. Agenda ini menjadi landasan kreatif bagi berbagai pemikian yang muncul dari interaksi civitas academica kampus dalam berbagai diskusi intensif.
Seperti penyelenggaraan tahun pertama, agenda yang digelar oleh program pasca asarjana IKJ ini maish menggunakan konsep gotong royong. Para seniman yang terlibat ikut secara aktif mengatur dan menyediakan keperluan logistik pameran atau acara pertunjukan.
Tahun ini, PostFest mengarahkan perhatian pada Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) yang kemudian menjadi Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), dan kini menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (jurusan) Seni Rupa. Rencananya PostFest dibuka Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy.
“Ada cukup banyak nama seniman papan atas Indonesia yang merupakan lulusan SMSR, seperti Nasirun, Butet Kartaredjasa, Jumaldi Alfi, Masriadi dan lainnya” kata Sardono W. Kusumo penggagas yang juga Direktur PostFest dalam keterangannya pada Rabu (25/7/2018).
Festival ini juga mengadakan pameran Art Brut dari para perupa pengidap gangguan kerja pada otak seperti asperger, bipolar dan skizofrenia. Pameran berjudul Celebrating Therapeutic Art Activities ini menghadirkan karya dari Anfield Wibowo, perupa pengidap asperger berusia 12 yang produktif berkarya.
Kemudian Dwi Putro, perupa dengan skizofrenia yang tahun lalu terpilih menjadi salah satu seniman dalam Jakarta Biennale, dan Hana Madness, perupa dengan bipolar sejak 2016. Dia dua kali diundang ke Unlimited Festival, festival tahunan untuk menampilkan perkembangan dari para seniman difable di London.
Beberapa program pertunjukan ikut diselenggarakan seperti ensemble Pohon Hayat, kerja kolaborasi antara Dance Circle dari Fakultas Seni Pertunjukan IKJ. Pertunjukan ini menggandeng seniman asal Costa Rica, Cristian Meija, Alam Takambang, Eko Supriyanto.
Seniman pantomim yang juga aktor, Yayu Unru, akan mementaskan pertunjukan pantomim Toxic di Teater Jakarta di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Sabtu, 4 Agustus.
Festival tersebut akan digelar di beberapa lokasi lain di lingkungan TIM seperti Teater Kecil, Plaza Circle, serta Teater Luwes yang ada di kompleks Institut Kesenian Jakarta.
Sementara itu PostFest Screen yang dikuratori oleh Arturo G. P. dan Sofia Setyorini akan menampilkan karya-karya film dari kawasan Timur Indonesia seperti Lebanon. “Kawasan timur baik di Indonesia maupun negara-negara di timur yang umumnya penuh konflik ternyata memiliki film-film yang begitu kuat pesannya,” kata Sofia.