Ilustrasi/Babypost
Health

Begini Cara Mengenali dan Mengasah Bakat Anak

Dewi Andriani
Sabtu, 15 September 2018 - 00:33
Bagikan

Jika anak-anak zaman dahulu ditanya soal cita-cita, kemungkinan jawabannya tak jauh-jauh dari menjadi presiden, polisi, guru, dokter, atau insinyur. Namun, jika Anda tanya anak-anak sekarang yang hidup di era informasi, hasilnya pertanyaan itu akan berbeda.

Tidak sedikit yang tertarik membangun perusahaan rintisan atau startup, menjadi Youtuber, influencer, data scientist, hingga blogger. Dan ke depan akan lebih banyak lagi variasinya.

Menghadapi perubahan itu, orang tua tak perlu khawatir atau memaksakan kehendak dengan meminta anak meneruskan cita-cita masa lalu yang belum tercapai.

Psikolog anak dan remaja Nyimas Diane Wulansari mengatakan ketika orang tua memaksakan kehendak dan keinginannya pada anak, sama saja dengan menghancurkan masa depan anak. Sebab, setiap anak memiliki minat dan bakatnya masing-masing.

Untuk mengetahui minat dan bakat anak, biasanya bisa dilihat dari berbagai pertanyaan yang sering dilontarkan oleh sang anak. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk menjalin komunikasi secara intens dengan anak, sekaligus mengajak dan memperkenalkan mereka dengan berbagai hal.

Wanita yang akrab disapa Dee ini mencontohkan ketika ada tiga anak yang dibawa ke pameran otomotif oleh orang tuanya, mereka melontarkan pertanyaan yang berbeda satu dan lainnya. Ada anak yang lebih fokus memperbandingkan harga mobil, maka kemungkinan besar anak tersebut memiliki ketertarikan pada hal yang terkait keuangan atau finance.

Joko Anwar: Film Horor Adalah Film Paling Jujur

Selain itu, ketika ada anak yang lebih memperhatikan desain interior dari masing-masing kendaraan, artinya sang anak memiliki ketertarikan pada desain. Lalu, ada pula yang mempertanyakan perbandingan dari sisi kecepatan dan kenyamanan mobil maka bisa dikatakan bahwa anak tersebut tertarik pada dunia industri otomotif.

“Dari pertanyaan kecil itu sudah diketahu anak inginnya bidang apa, tugas orang tua bantu mengerucutkan dan menajamkan minat tersebut,” ujarnya.

Memilihkan sekolah yang tepat juga penting untuk mengasah minat dan bakat serta keterampilan dan kreativitas. Akan lebih baik jika sekolah tersebut tidak hanya mengedepankan sisi akademis tetapi juga pada nilai-nilai seni dan sosial. Sebab, dengan adanya nilai seni maka anak akan memiliki kecerdasaran yang seimbang antara antara kecerdasan intelektual dan emosional.

“Anak butuh kreatifitas, berpikir kritis dan kolaboratif serta komunikatif. Selain di sekolah, orang tua juga bertanggung jawab untuk membangun hal itu di dalam keluarga,” tuturnya.

Namun, menurut Dee sebaiknya anak mulai disekolahkan setelah berusia di atas 5 tahun. Sebab, ketika masih di bawah 5 tahun anak belum bisa bersosialisasi dengan baik.

Artinya, anak hanya dapat bermain di waktu yang sama dengan mainan mereka masing-masing. Ketika mereka sudah mampu bermain dalam satu jenis permainan secara bersama-sama, di saat itulah anak sudah mampu mengembangkan kemampuan sosialisasinya.

“Anak usia dini itu pertama kali harus bahagia bukan pintar karena kita yakin semua anak pasti pintar jadi yang harus digali adalah pusat perasaan. Tugas orang tua untuk dapat menggali hal tersebut dengan mengajaknya bermain karena orang tua pendidik utama dan pertama bagi anak. Permainan terbaik bagi anak itu, ya, tubuh ayah dan ibunya,” tuturnya.

Sementara itu, psikolog anak, remaja, dan keluarga Jovita Maria Ferliana mengatakan sekolah usia dini berbeda dengan sekolah pada umumnya. Hal yang dipelajari bukanlah teori tetapi lebih kepada praktik dalam kehidupan.

Direktur Telkom Sigma Luncurkan Buku "Synergy Way of Disruption"

Alasannya karena anak akan melakukan hal yang dilihatnya sehingga penting mengajarkan praktik kehidupan secara baik kepada anak usia dini.

Caranya tentu harus dilakukan dengan proses bermain yang menyenangkan karena anak usia dini memang berada di usia bermain. Menurutnya, pendidikan di usia dini memiliki peran penting membentuk kreaktivitas anak karena mereka diajarkan untuk melihat permasalahan dari berbagai sisi.

“Namun yang harus dipikirkan orang tua ketika hendak menyekolahkan anak di usia dini ialah program yang diberikan harus membuat anak merasa senang dan nyaman.”

Pendidikan Seni

Salah satu pembelajaran yang menyenangkan bagi anak ialah seni atau arts. Ketika nilai tersebut dikombinasikan dengan kurikulum pembelajaran lain seperti ilmu pengetahuan, teknologi, engineering, dan matematika bisa memberikan manfaat yang besar bagi tumbuh kembang anak.

RI Inisiasi Isu Pengembangan Keuangan Syariah di Annual Meeting IMF-WB

Sebab, yang diolah bukan hanya sisi kognitif tetapi juga fisik, mental, emosi, dan sosial sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, kreatif, penuh inisiatif, dan inovatif. Bukan hanya sisi intelektual anak yang berkembang tetapi juga kecerdasaran emosional, sosial bahkan juga spiritual.

Apalagi, sambungnya, berdasarkan penelitian sekitar 80% pekerjaan di masa depan membutuhkan tenaga ahli yang menguasai pembelajaran tersebut. Dari pembelajaran yang mengedepankan nilai-nilai seni, anak juga akan dilatih untuk berpikir kreatif, fleksibel, dan problem solving. Hal tersebut bisa menjanjikan kesuksesan anak di masa mendatang.

“Pendidikan yang memfasilitasi anak berpikir kreatif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan dalam hidup dan mengatasi masalah di dalam kehidupan sehari-hari, bisa menjadi bekal yang akan membuatnya mampu bersaing di kemudian hari,” jelasnya.

Penulis : Dewi Andriani
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro