Bisnis.com, JAKARTA- seluk beluk pembuatan dan perkembangan jaringan bisnis lukisan palsu di Indonesia yang up to date dituang secara lengkap dan rinci dalam buku Melacak Lukisan Palsu yang diluncurkan oleh Perkumpulan Pecinta Senirupa Indonesia (PPSI), hari ini Kamis (22 November 2018).
Buku ini merupakan hasil kerja sama antara Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Ciputra Artpreneur, dan PPSI. Acara peluncuran yang di adakan pada ruangan Ciputra Artpreneur dihadiri oleh berbagai pengamat seni, kolektor, dan akademisi.
Dalam kesempatan peluncuran buku ini, diadakan pemaparan dan panel diskusi oleh kurator seni rupa Agus Dermawan T. Dan Syakieb Sungjsr selaku editor buku “Melacak Lukisan Palsu.”
Ketua PPSI, Budi Setiadharma mengatakan, “museum harus menghindari pemajangan atau penggunaan material yang asal usulnya masih dipertanyakan,” ucapnya.
Menurut Budi, hal itu dianggap akan membuka jalan untuk perdagangan yang tidak benar dalam dunia seni dan budaya.
Buku Melacak Lukisan Palsu juga memliki edisi berbahasa inggris yang telah di terjemahkan oleh Tjandra Kerton dan dieditori oleh Henny Rolan dengan judul “Indonesian Painting Forgery”.
Rina Ciputra Sastrawinata, mengatakan bahwa peluncuram buku inu sangat dia apresiasi dan menjadi dorongan untuk Indonesia dalam menghargai karya seni.
“Saya rasa buku-buku seperti ini dibutuhkan oleh negara kita karena ini menyangkut kredibilitas. Kredibilitas dari sebuah karya seni itu membawa kepada hubungan antar negara di dunia,” ucapnya.
Rina merasa bahwa lukisan palsu menjadi sebuah hal paling bahaya terhadap keberlangsungsn eksistensi seni di Indonesia. Maksud dari palsu disini adalah sebuah lukisan karya seniman muda yang diatasnamakan sebagai karya Masterpiece dan dibanderol mahal.
“Apalagi apabila di Indonesia mudah mendapatkan lukisan palsu, menjadi sangat bahaya apabila pembeli mancanegara membeli artwork disini karena banyak kepalsuan. Ini tidak baik untuk reputasi seni Indonesia,” tuturnya.
Selain peluncuran buku, PPSI juga mengadakan pameran para pelukis Maestro yang memiliki banyak murid dan pengikut. Yaitu beberapa karya Affandi dengan Kartika dan Men Sagan yang merupakan murid dari Affandi.
Demikian pula Dullah dengan kedua muridnya yang terkenal, Inanta dan Kok Poo. Arie Smit dengan Gung Man, dan Walter Spies dengan pengikutnya yaitu para pelukis Bali yang terinspirasi oleh Wiranata, Galuh dan Kepakisan.
Para murid dan pelukis pengikut terinspirasi oleh gaya melukis para Maestro yang ternyata dapat hidup dengan layak dari karya lukisnya dengan membubuhkan tanda tangan mereka sendiri.