Bisnis.com, JAKARTA - Karl Lagerfeld yang meninggal di Paris pada 19 Februari 2019 memiliki jasa luar biasa bagi label mode, Chanel. Perancang busana yang lahir pada tahun 1934 di Jerman ini telah dianggap sebagai pembalik nasib label Chanel.
Karl Lagerfeld telah berhasil mengubah label Chanel yang biasa menjadi pembangkit tenaga mode canggih yang identik dengan couture dan futuristik.
Seperti dilansir dari Dailymail, Rabu (20/2/2019), ketika ia mengambil alih kepemimpinan Chanel pada tahun 1983, ia mengalihkan fokus dari wewangian dan aksesori dan berfokus pada memperbarui karya warisannya, yaitu dari pendiri legendaris Coco Chanel.
Alhasil, hingga hampir 40 tahun bekerja untuk Chanel, penghasilan perusahaan tersebut terus meroket hingga di tahun 2018 yang telah meraup keuntungan sebesar 10 miliar dolar Amerika atau setara dengan 140 triliun rupiah per tahun.
Lantas bagaimanakah cara Karl Lagerfeld membangun Chanel hingga mencapai kesuksesan yang luar biasa itu?
Dilansir dari Glamour pada 8 Januari 2013, kiat sukses Karl Lagerfeld adalah dengan tidak pernah mengadakan meeting atau pertemuan dengan bawahannya.
Dalam wawancaranya tersebut, Lagerfeld mengaku bahwa selama bergabung dengan Chanel, ia tidak pernah sekalipun melakukan meeting.
“Chanel bukanlah perusahaan korporat. Meeting hanya dilakukan untuk mereka, pekerja di perusahaan korporasi. Oleh karena itu, selama 31 tahun saya bersama Chanel, kami tidak pernah melakukan meeting,” katanya.
InterviewMagazine juga menyebut bahwa menurut Lagerfeld, yang terpenting dalam membesarkan Chanel adalah fokus kepada pekerjaan, yaitu mendesain.
“Saya selalu memberikan kebebasan pada karyawan Chanel untuk melakukan apa yang mereka mau. Yang terpenting adalah mempertahankan fokus sepenuhnya pada desain pakaian dan tidak ada hal yang lain,” katanya seperti yang dilansir pada 27 April 2009.