Bisnis.com, JAKARTA-- Literasi membaca terus digalakkan oleh pemerintah melalui Gerakan Literasi Nasional. Hal itu dilakukan sebagai salah satu langkah untuk menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia. Idealnya literasi harus diperkenalkan sejak dini.
Meskipun angka dari penjualan buku, pengunjung pameran, maupun perpustakan meningkat, namun menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid belum tentu berbanding lurus dengan perkembangan minat baca. Pasalnya minat baca belum dapat terukur secara pasti.
Belum lagi masih ada daerah-daerah yang masih sulit untuk mengakses buku-buka karena keterbatasan logistik. Menurut Hilmar, saat ini yang masih menjadi kendala utama adalah manajemen.
"Sekalipun sudah dicanangkan sebagai Gerakan Literasi Nasional, dukungan terhadap upaya meningkatkan minat baca belum merata dan masih bergantung pada inisiatif kepala daerah, tokoh-tokoh," kata Hilmar kepada Bisnis dikutip, Kamis (21/3/2019).
Menurutnya, sekarang Kemdikbud sedang berupaya 'menurunkan' semangat literasi ini ke tingkat paling bawah, yakni desa. Hal tersebut dilakukan dalam bentuk perpustakaan desa, dan pembentukan komunitas literasi di desa-desa tersebut.
Pemerintah mengupayakan adanya peningkatan minat baca sejak usia dini melalui Gerakan Literasi Nasional yang dikoordinasi Kemdikbud. "Di samping itu juga harus ada peningkatan akses publik terhadap buku yang baik dan murah," katanya.
Untuk itu, lanjutanya, kementerian dan lembaga berinisiatif mengumpulkan buku yang baik dan murah dari orang yang tidak lagi memerlukan itu untuk didistribusikan ke daerah-daerah yang masih kekurangan buku. Untuk mewujudkan itu, kami juga ada kerjasama dengan PT Pos Indonesia untuk pendistribusiannya.