Bisnis.com, JAKARTA – Sutradara Livi Zheng menjadi pembicara di hadapan 100 orang direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam acara BUMN HCM “Great Leaders Camp” di Bogor, Jawa Barat.
Topik yang dibawakan Livi Zheng dalam acara tersebut adalah “The Self-Disruptive Leader”. Sebelum berbicara, Livi Zheng memutarkan cuplikan filmnya, “Brush With Danger” dan “Bali: Beats of Paradise”, dan mendapat respons cukup hangat dari para peserta.
Tentang topik presentasinya, dikutip dari keterangan tertulisnya Kamis (28/3/2019), Livi Zheng menyatakan, disruptif dikenal sebagai perubahan dari masa datang ke masa kini, yang bisa berujung kekacauan akibat ketidaksiapan sumber daya manusia dan antisipasi perubahannya.
Menurut wanita asal Jawa Timur itu, di tengah era disruptif sekarang ini, seorang pemimpin, tak selalu lahir lewat pembelajaran di sekolah maupun kekuasan, tapi dari lingkungan tak terduga, seperti dalam pembuatan film.
Untuk itu, seorang pemimpin seperti harus memiliki kemampuan menangkap dan mengolah ide-ide dari anak buah dan lingkungan sekitarnya, negara, bahkan budayanya untuk karya-karya dan kemajuan organisasinya. Namun, dengan karakter itu, Livi menambahkan, seorang pemimpin juga harus bisa menularkan jiwa kepemimpinannya dan melahirkan pemimpin-pemimpin baru dalam lingkungan berbeda.
“Dengan demikian, kemajuan organisasi kita akan semakin kuat dan luas cakupannya,” tutur Livi Zheng, Selasa (23/3/3019).
Dalam kesempatan itu, Livi Zheng bercerita 15 tahunnya tinggal mulai dari di Beijing hingga di Hollywood. Livi Zheng memimpin sejumlah kru yang semuanya orang Amerika.
“Mereka saya ajarkan makan makanan Indonesia, mengenakan batik Indonesia, dan berbahasa Indonesia,” ujarnya.
Menurut Livi Zheng, berkarir di Amerika, persaingan yang dihadapinya bukan hanya film-film lokal Amerika, tapi juga film-film dari seluruh dunia. Namun, dengan kepemimpinan yang diterapkannya, di antaranya dengan tetap mempertahankan identitas dan akar budaya bangsa, Livi Zheng tak khawatir.
“Menjadi orang Indonesia yang dibesarkan di negara yang sangat kaya ini adalah sebuah kelebihan dan dapat memberikan inspirasi tersendiri. Hampir di semua film saya, saya selalu memasukkan unsur-unsur Indonesia. Misalnya di filmnya Brush with Danger, kami memasukkan 50 lukisan dari Indonesia. Demikian pula dalam film Insight, saya memasukkan pencak silat dalam koreografinya. Bahkan, untuk studio film saya, saya menggotong satu kontainer furniture Indonesia ke sana,” papar Livi Zheng.
Di film terbarunya “Bali: Beats of Paradise”, Livi Zheng mengangkat kisah inspiratif pemain dan komposer gamelan Nyoman Wenten, yang mengejar mimpinya sebagai seniman Bali di Amerika lewat gamelan Bali.
“Segala halangan di hadapinya, hingga pengorbanannya meninggalkan keluarga beberapa tahun untuk menyebarkan gamelan di negeri orang. Kini, berkat Nyoman Wenten, gamelan sudah diajarkan di kampus-kampus bergengsi di Amerika,” ujarnya.
Saat ini, gamelan menjadi mata kuliah khusus di banyak universitas di AS, di antaranya, di Harvard University, Massachusetts Institute of Technology (MIT), University of California-Los Angeles (UCLA) dan University of California-Berkeley (UC-Berkeley).
Selain menyatakan “Bali: Beats of Paradise” akan di tayangkan di jaringan bioskop Lotte di Korea pada April mendatang dan ditayangkan perdana di Indonesia pada Juli 2019, Livi Zheng mengajak para direksi BUMN bekerjasama untuk mensosialisasi gamelan lewat film “Bali: Beats of Paradise” di bioskop-bioskop Indonesia.