Kanker paru/medicinenet.com
Health

Imunoterapi, Solusi Inovatif Atasi Kanker Paru

Tika Anggreni Purba
Kamis, 8 Agustus 2019 - 18:57
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Kanker paru-paru merupakan jenis kanker yang angka kejadian  kasus barunya terbanyak di dunia, yaitu sebesar 2,1 juta atau 11,6% dari total beban kejadian kanker di dunia. 

Indonesia juga mengalami hal yang sama, jumlah kasus kanker paru-paru meningkat pesat, yaitu berada di urutan ke-8 di Asia Tenggara dan urutan ke-23 di Asia sebagai negara dengan angka kejadian kanker yang berada di zona serius. Kondisi ini  meningkat 10,85% dalam lima  tahun terakhir. 

Berdasarkan data dari GLOBOCAN 2018, sebanyak 19,4% dari pasien kanker paru-paru di Indonesia adalah pria. Merokok adalah faktor risiko penyebab tertinggi kanker paru-paru yakni sebesar 80% dari keseluruhan kasus di 2018.

Dokter spesialis paru Sita Laksmi Andarini  dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan  bahwa peningkatan angka kasus paru-paru di Indonesia telah masuk pada tahapan memprihatinkan. 

“Selain merokok, lingkungan kerja juga bisa menjadi penyebab timbulnya kanker, seperti pabrik tambang, semen, dan keramik yang cenderung terpapar radiasi serta bahan kimia karsinogenik, sehingga memiliki potensi jauh lebih tinggi untuk terjangkit kanker paru-paru,” ujarnya. Itulah sebabnya Sita mengajak agar masyarakat Indonesia untuk terus menerapkan prinsip gaya hidup sehat, dengan didukung olahraga 30 menit sehari demi kesehatan paru-paru.

Kanker paru-paru terdiri dari dua tipe, yaitu tipe Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) yang biasanya berasal dari sel-sel kelenjar di bagian luar paru-paru dan tipe Small Cell Lung Cancer (SCLC) yang berasal dari sel-sel yang melapisi bronkus di pusat paru-paru.

Di antara kedua tipe tersebut, tipe SCLC hampir seluruhnya disebabkan oleh kebiasaan merokok dan dikenal lebih agresif karena pada stadium lanjut dapat lebih cepat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Di Indonesia, 52% penderita kanker paru-paru didiagnosis tipe SCLC.

Sita mengatakan bahwa saat ini pengobatan kanker paru-paru dapat dilakukan dengan beberapa metode yakni  operasi untuk mengangkat/mengoperasi jaringan sel kanker yang menyebar di organ, terapi radiasi untuk membunuh sel kanker menggunakan sinar berenergi tinggi seperti sinar X, kemoterapi dan terapi target yang menggunakan obat-obatan khusus untuk mengecilkan, membunuh, memblokir pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.

Seiring berkembangnya penemuan dalam penanganan kanker paru-paru seperti pemberian terapi target, saat ini di Indonesia juga telah ada pengobatan melalui imunoterapi, yang cara kerjanya menstimulasi sistem kekebalan tubuh pasien untuk meningkatkan harapan hidup pasien kanker stadium IIIB dan IV (stadium lanjut) menjadi lebih panjang.

Pengobatan ini memungkinkan daya tahan tubuh pasien kanker paru-paru menjadi lebih kuat dalam mengenali dan melawan sel kanker dalam tubuh. Tujuannya bukan menyembuhkan, tetapi pengobatan ini dilakukan untuk meningkatkan median survival rate (harapan hidup) yang lebih baik bagi pasien kanker paru-paru stadium lanjut.

Ada beberapa jenis imunoterapi untuk pasien kanker paru-paru yang disesuaikan dengan kebutuhan penderita kanker, antara lain imunoterapi penghambat ‘checkpoint’ sistem imun, vaksin kanker berupa vaksin terapeutik untuk membunuh sel kanker, dan terapi sel T adoptive yang mengubah salah satu jenis sel darah putih pada penderita kanker untuk dapat kembali menyerang sel kanker. 

Lebih jauh lagi, imunoterapi bukan hanya berfungsi sebagai pengobatan tambahan, melainkan berperan sebagai pengobatan utama yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh penderita kanker paru-paru untuk melawan sel kanker itu sendiri.

Sistem kerja dari pengobatan imunoterapi ini adalah langsung menyasar atau menghambat pertemuan sel imun yang kerap dimanfaatkan oleh sel kanker untuk menghindari serangan dari sistem imun atau daya tahan tubuh. Dengan begitu, sistem kekebalan pada penderita kanker akan jauh lebih aktif untuk melawan sel kanker tersebut. 

Sebanyak 25% pasien kanker paru-paru yang menerima imunoterapi dan belum pernah menjalani kemoterapi sebelumnya mampu bertahan hidup hingga 5 tahun. Sedangkan bagi pasien yang pernah menjalani kemoterapi, angka tersebut turun menjadi hanya lebih dari 15 persen. 


 

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro