Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini ada beragam pola diet yang dilakukan seseorang untuk menurunkan atau menjaga berat badannya agar tetap ideal. Beberapa jenis diet yang popular di antaranya adalah diet keto, diet paleo, diet mayo, ada juga yang dikenal dengan diet intermittent fasting.
Diet intermittent fasting adalah metode untuk mengatur pola makan dengan cara berpuasa makan selama beberapa waktu, tetapi kita masih dapat mengonsumsi minuman.
Salah satu pembeda utama dari jenis diet lainnya, intermitten fasting membolehkan kita mengonsumsi apa pun. Hanya waktu makannya dibatasi.
Intermittent fasting tidak mengatur makanan apa yang harus dikurangi atau apa yang harus dikonsumsi, namun lebih mengatur kapan kita makan dan kapan harus berhenti. Biasanya, metode ini menganjurkan untuk berpuasa makan selama 16 jam, namun hal ini bukan menjadi pakem dan dapat disesuaikan dengan kemampuan setiap orang.
Ahli gizi Tan Shot Yen menggambarkan diet ini mirip dengan kegiatan puasa. Menurutnya, hal ini sah-sah saja dilakukan, seperti yang dijalankan masyarakat Musim saat bulan Ramadan maupun di luar itu.
Tapi hal ini tidak boleh dilakukan secara berlebihan dengan tidak makan sama sekali dan hanya mengonsumsi minuman dalam kurun waktu lama, demi terjadinya penurunan berat badan yang lebih cepat.
“Prinsipnya adalah kita perlu pemahaman dasar dulu soal apa sih makan itu. Ini yang saya sebut sebagai manual hidup,” kata Tan Shot Yen.
Tan Shot Yen juga menyaranan untuk berkonsultasi dengan dokter lebih dahulu, termasuk juntuk perubahan dan perbaikan pola makan, “Harus didampingi dokter sebagai mentor yang paham betul soal kebutuhan gizi manusia,” imbuhnya.
Konsultasi dengan dokter juga dimaksudkan untuk menghindari seseorang dari dampak yang ditimbulkan akibat melakukan diet intermittent fasting yang keliru. Cara diet yang keliru bisa mengakibatkan hal yang buruk, termasuk malnutrisi karena tidak mendapatkan nutrisi yang benar dan seimbang.
Tan menuturkan, dalam ilmu gizi dikenal istilah trias makronutrien, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak yang memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Ketiganya saling melengkapi karena merupakan kebutuhan mayor tubuh manusia dan tidak bisa dihilangkan salah satunya.
Sama seperti pada aktivitas puasa, dokter Tan menyampaikan orang yang tidak diperbolehkan melakukan diet intermitten fasting adalah perempuan hamil atau sedang menyusui dan semua orang yang memiliki masalah kesehatan serius.