Bisnis.com, PONTIANAK - Masalah ekonomi bisa memicu terjadinya gangguan jiwa pada seseorang. Hal itu paling tidak ditemui di Rumah Sakit Jiwa Daerah di Pontianak.
Psikiater Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Sungai Bangkong Pontianak, Kalbar, dr Rozalina menyatakan sebagian besar pasien orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang ditangani pihaknya dipicu depresi karena masalah ekonomi.
"Sebagian besar pasien ODGJ yang kami tangani disebabkan depresi berkelanjutan karena masalah atau faktor ekonomi, yang kemudian menimbulkan stres berkepanjangan sehingga menjadi depresi dan mengganggu akal sehat pasien tersebut," kata Psikiater RSJD Sungai Bangkong Pontianak, dr Rozalina, di Pontianak, Kamis (7/11/2019).
Rozalina menjelaskan, pasien ODGJ tersebut tidak hanya dari wilayah Kota Pontianak, melainkan dari kabupaten/kota yang ada di Kalbar, baik yang dilakukan rawat jalan dan rawat inap.
"Jadi semua pasien ODGJ yang berasal dari seluruh daerah di Kalbar kita tampung, tidak hanya dari Pontianak saja," ujarnya.
Rozalina menambahkan, saat ini RSJD Sungai Bangkong menangani pasien ODGJ baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa berat sekali. Pasien secara rutin minum obat yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Menurut Rozalina, gangguan jiwa terbesar yakni gangguan jiwa Skizofrenia Paranoid yang artinya gangguan jiwa di mana pikiran pasien sudah terpecah, sudah tidak realistis, dan yang menonjol paranoid adalah delusi (waham) dan halusinasi.
Dikatakan Rozalina waham Paranoid adalah keyakinan pasien yang tidak bisa dibantah, halusinasinya seperti seseorang akan mencelakakan dirinya. Rozalina mencontohkan, pasien-pasien dengan kasus tersebut tidak bisa diprediksi kapankambuh.
"Sehingga bisa saja pasien terlihat tenang dan diam, padahal bisa saja dia sedang berhalusinasi, seolah-olah ada yang memerintah untuk melakukan hal-hal yang tidak diduga tersebut," ungkapnya.
Rozalina mencontohkan kasus, yang dialami seorang petugas kesehatan yang mengalami luka akibat senjata tajam oleh pasien ODGJ di Pontianak, Rabu malam (6/11).
"Pasien seperti itu tidak bisa diprediksi, meskipun terlihat tenang padahal dia sedang berhalusinasi dan tiba-tiba saja bisa menusuk orang lain," kata Rozalina.
Menurut Rozalina kasus penusukan tersebut masih dalam proses, tetapi pihaknya akan menunggu informasi dari pihak kepolisian untuk nantinya akan dilakukan pemeriksaan.
Data RSJD Pontianak mencatat, dalam lima tahun terakhir yakni sejak tahun 2015 hingga September 2019, kunjungan rawat inap untuk kasus baru sebanyak 2.833 pasien.
Kemudian untuk kunjungan rawat jalan dalam lima tahun terakhir tercatat pasien laki-laki sebanyak 34.280 pasien, perempuan 16.897 pasien atau total 51.177 pasien.