Bisnis.com, JAKARTA – Tidak sedikit calon pengantin yang merasa kesulitan menentukan besaran biaya yang harus dikeluarkan untuk pesta pernikahan. Tanpa adanya perencanaan yang jelas, kadang kala sang calon pengantin harus mengeluarkan banyak uang untuk pernikahan, bahkan terpaksa harus berutang.
Padahal, setelah menikah, pasangan akan berhadapan dengan sejumlah kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan masa depan sehingga ketika pernikahan dibiayai dengan utang maka sebagian usia pernikahan akan dipenuhi tuntutan tambahan membayar utang biaya pernikahan.
Berdasarkan survei Bridestory Indonesia Wedding Industry Report, pesta pernikahan dapat dikategorikan ke dalam 4 kategori, yaitu: affordable, moderate, premium, dan luxurious dengan kisaran tamu undangan mulai dari 50 pax sampai 1.000 pax.
Untuk kategori affordable, biaya yang diperlukan Rp20 - Rp400 juta, moderate berkisar Rp40 - Rp800 juta, premium Rp100 juta - Rp2 miliar. Untuk tipe luxurious, seperti pernikahan di luar kota atau luar negeri, mengundang selebritis sebagai pengisi acara, dan menggunakan jasa vendor premium, kisaran dananya Rp350 juta - Rp7 miliar.
Senior Manager Business Development Sequis Life, Yan Ardhianto Handoyo mengatakan dari 4 kategori di atas, kisaran angka yang dianggap wajar untuk pesta pernikahan tergantung dari jumlah tamu yang diundang dan tingkat kemewahan acara, tipe pesta pernikahan yang diimpikan, pemilihan lokasi serta pilihan jenis hidangan (catering).
Jika belum yakin dengan bujet yang sedang siapkan, maka rincian anggaran biaya pernikahan yang rasional bisa digunakan sebagai panduan membuat bujet.
“Yaitu 40 persen biaya konsumsi (Food and Beverage), 20 persen biaya dekorasi, 5 persen untuk biaya akad nikah/pemberkatan pernikahan, masing-masing 8 persen untuk biaya pakaian, venue, dan dokumentasi, masing-masing 3 persen untuk biaya souvenir dan undangan, 5 persen untuk biaya lainnya,” ujarnya, dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Senin (17/2/2020).
Yan juga menyarankan agar menyisihkan kurang lebih 10 persen dari total bujet yang dimiliki untuk biaya tak terduga karena kebanyakan pesta pernikahan membutuhkan tambahan bujet sebesar 10 - 15 persen.
“Misalnya, untuk keperluan resepsi, bujet untuk keperluan catering konsumsi sebesar 40 persen dari dana pesta untuk keperluan makanan pondokan atau gubukan, sebagian lagi untuk kue pengantin, atau snacks (kue-kue ringan) sehingga untuk pesta dengan konsep buffet, presentasenya bisa jadi akan lebih besar,” terangnya.
Jika sudah melakukan perencanaan anggaran dan angkanya terlihat sangat besar sehingga membuat kita menjadi tidak yakin, Yan menyarakan agar meninjau kembali anggaran pernikahan, yaitu memilih anggaran mana yang bisa dikurangi dan mana yang bisa dihilangkan.
“Misalnya, bila kompensasi biaya videografi lebih besar dari perkiraan maka calon pengantin bisa meniadakan photo booth dan hanya menyediakan pojok foto dengan dekorasi sederhana tetapi tetap menarik bagi tamu untuk berfoto.”
Dalam menyiasati bujet, calon pengantin juga bisa melakukan survei dahulu untuk harga perlengkapan pernikahan termasuk survey dimana barang tersebut dijual lebih murah jika dibeli dalam jumlah banyak sehingga kita dapat memperkirakan jumlah bujetnya.
Beberapa vendor biasanya dapat diikat harganya dengan down payment (DP) sekitar satu tahun menjelang hari H pernikahan dan sisa pembayarannya bisa dicicil kemudian di sepanjang tahun tersebut. Hal ini tentu bisa meringankan kita untuk mengalokasikan mana bujet yang prioritas dan mana yang bisa ditunda.