Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi yang dipresentasikan pada pertemuan American College of Cardiology musim semi lalu menunjukkan jumlah kasus serangan jantung pada pria di bawah usia 40 tahun mengalami peningkatan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Jumlah korban berusia 20-an dan 30-an telah meningkat selama dua dekade terakhir, dan para ilmuwan bahkan telah melihat kasus aterosklerosis, kerusakan arteri dan penyumbatan yang menyebabkan kerusakan jantung serius, di arteri pria pada usia remaja dan 20-an.
"Bahkan pada orang yang jauh lebih tua, di atas uasi 65, ada penurunan hampir 40% pada kasus serangan jantung dalam 20 tahun terakhir," seperti dikutip melalui Men's Health, Selasa (18/2).
Para ahli memiliki empat teori mengapa kasus serangan jantung pada pria di bawah 40 tahun mengalami peningkatan:
1. Obesitas
Survey yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan bahwa pria berusia 20 hingga 39 tahun memiliki kemungkinan 82% untuk makan makanan cepat saji daripada pria berusia 60 tahun ke atas.
Kegiatan fisik yang berkurang pada generasi muda, terutama karena lebih banyak waktu di layar dan di belakang kemudi, juga mengurangi pembakaran kalori dan mengeraskan arteri.
Berat ekstra itu sangat berat bagi kerja jantung dan bukan hanya karena itu membuat seluruh tubuh bekerja lebih keras.
Lemak di sekitar bagian tengah tubuh sebenarnya bisa melepaskan zat kimia yang menyebabkan peradangan, yang dapat menyebabkan penumpukan di arteri dan mengganggu aliran darah ke jantung Anda.
2. Rokok dan Vape
.jpg)
Di antara populasi usia 25 hingga 44 tahun, masih ada banyak perokok dan jumlahnya dua kali lebih banyak dari pada demografi yang lebih tua.
Hanya diperlukan satu batang rokok sehari untuk meningkatkan risiko pria terkena penyakit arteri koroner hingga hampir 50%, menurut sebuah studi BMJ pada 2019.
Perokok e-cig memiliki risiko penyakit jantung 40% lebih tinggi daripada bukan perokok, risiko stroke melonjak 71%.
3. Stres
.jpg)
Survei American Psychological Association menemukan bahwa populasi pada rentang usia 22 hingga 39 tahun adalah kelompok yang paling rentan terhadap stres.
Stres dapat memperburuk peradangan pada arteri koroner, yang dapat menyebabkan pembekuan darah.
Faktor ini juga dapat memprovokasi tekanan darah tinggi dan kebiasaan kesehatan yang buruk, termasuk makan berlebih (binge), minum berlebihan, dan kurang olahraga.
4. Abai Terhadap Gejala dan Risiko
.jpg)
Bukan hanya mereka yang baru menginjak usia 30 tahun saja, para dokter bahkan kadang menolak untuk percaya bahwa serangan jantung dapat dialami oleh seseorang yang lebih muda.
Faktor risiko yang harus perhatikan antara lain tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, kelebihan berat badan, diabetes, penggunaan narkoba, merokok, aktivitas fisik, tingkat stres yang tinggi, penggunaan alkohol berat, serta diet tidak sehat.
Kita tidak dapat mengontrol usia, riwayat keluarga, atau kelompok etnis sehingga jika berada pada situasi berisiko tinggi, seseorang harus memberi perhatian ekstra pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan.
