Bisnis.com, JAKARTA – Nebivolol, sebagai salah satu beta blocker atau penghambat hipertensi terbukti cocok bagi masyarakat Asia, tak hanya bagi warga kulit putih di Amerika maupun Asia.
Jinho Shin, Professor and Chief of Cardiology, Division of Cardiology, Department of Internal Medicine, Hanyang University Seoul Hospital, Korea Selatan menjelaskan bahwa nebivolol adalah generasi ketiga dari agonis reseptor beta blocker yang memiliki kemampuan vasodilator, memiliki kardio selektivitas tertinggi di antara beta blocker lainnya dalam menghambat hipertensi.
Adapun temuan nebivolol cocok digunakan bagi penderita hipertensi di Asia setelah melalui penelitian observasional sesuai kondisi praktik dokter sehari-hari yang dilakukan terhadap 3.011 pasien hipertensi di Korea. Shin menegaskan, penelitian bernama BENEFIT ini menunjukkan, penggunaan nebivolol sehari-hari bisa mengontrol tekanan darah dengan lebih baik.
Dia memerinci, penelitian ini juga menunjukkan efektivitas nebivolol yang lebih umum digunakan masyarakat Amerika dan Eropa bisa efektif bagi masyarakat Asia, terlepas dari usia, jenis kelamin, dan indeks masa tubuh awal pasien. Dia menyebut, efektivitas nebivolol terlihat pada pasien baru, maupun pada pasien rawat inap.
“Efek paling besar terlihat saat nebivolol diberikan sebagai pengobatan tunggal kepada pasien baru dan sebagai obat tambahan untuk pengobatan anti hipertensi yang meliputi penghambat renin-angiotensin system atau RAS blocker, penghambat kanal kalsium, serta kombinasi antara RAS blockers dan CCB,” jelas Shin melalui video conference di Seribu Rasa, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2020).
Menurut dr. Erwinanto, pengurus Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi) di Jakarta, di Asia khususnya di Indonesia, penyakit hipertensi kerap menyebabkan stroke. Kondisi ini berbeda dengan pengidap hipertensi di Amerika dan Eropa yang justru kerap mengalami jantung koroner sebagai imbas dari hipertensi. Dia memerinci, jumlah penderita hipertensi di Asia Pasifik saja mencapai 65% dari total populasi dunia, maka lebih dari tiga perempat kenaikan prevalensi hipertensi di Asia disebabkan oleh pertumbuhan populasi dan penuaan serta gaya hidup yang tidak sehat.
“Maka, meski nebivolol sudah terbukti efektif untuk penanganan pasien hipertensi, penelitian BENEFIT ini menunjukkan hasil yang sama efektifnya sebagai penelitian yang pertama kalinya dilakukan pada pasien Asia dalam jumlah yang besar,” tuturnya.
Selain itu, sambung Erwinanto, dibandingkan dengan penghambat atau beta-blocker lain, nebivolol memiliki efek samping yang lebih baik termasuk efek yang lebih rendah terhadap fungsi seksual. Oleh sebab itu, dengan efektivitas dan tolerabilitas pasien dengan nebivolol akan bisa ditangani dengan lebih baik.
Reinhard Ehrenberger, selaku Presiden Direktur Menarini Indonesia yang meluncurkan produk obat nebivolol menyatakan, pihaknya berkomitmen untuk melayani kebutuhan pasien di Asia seperti halnya pasien di Eropa ataupun Amerika. Dia menambahkan, komitmen ini terlihat dari upaya pengembangan yang solutif bagi pengidap hipertensi di Asia, salah satunya di Indonesia.
“Dengan hasil penelitian BENEFIT ini, kami berharap bisa membantu para dokter di Indonesia dalam melayani pasien dengan memberi mereka akses terhadap riset dan pengetahuan baru. Penelitian ini juga sejalan dengan panduan hipertensi ESC/ESH 2018 yang merekomendasikan penghambat beta dalam penanganan hipertensi,” tuturnya.