Diskusi Mengevaluasi Kesetaraan Gender di Dunia Kerja./Gloria FK. Lawi
Relationship

HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL: Pemimpin Redaksi Perempuan Masih Jarang

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Minggu, 8 Maret 2020 - 19:44
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perspektif kesetaraan gender dalam industri media massa masih perlu dioptimalisasi seiring dengan semakin terbukanya peluang perempuan menjadi pemimpin media.

Ketua Komisi Bidang Pemberdayaan Organisasi Dewan Pers, Asep Setiawan mengatakan, isu kesetaraan gender dalam industri media adalah isu lama yang menyoroti sisi kualitatif maupun kuantitatif.

Dia memerinci, dalam sejumlah kajian yang dikumpulkan oleh Dewan Pers, secara kuantitatif jumlah jurnalis perempuan masih kalah dari jumlah jurnalis lelaki di media. Adapun perempuan yang bekerja di media, mayoritas bukan pada posisi di redaksi melainkan pada bagian administrasi, promosi, dan periklanan.

“Perlu menjadi perhatian bagi perusahaan media untuk menata komposisi redaksi, atau di perusahaannya dimana kaum perempuan memiliki posisi yang proporsional, tidak marjinal,” kata Asep di Hong Kong Café, Menteng, Minggu (8/3/2020).

Kondisi tersebut diperkuat berdasarkan laporan The International Women’s Media Foundation (The IMWF) dalam laporan Global Report on the Status of Women in the News Media yang rilis pada 2011, dari 522 perusahaan pers yang diteliti di dunia jurnalis perempuan yang bekerja secara full-time hanya 33,3 persen.

Masih berdasarkan laporan yang sama, posisi news gathering, reporter, dan penulis atau editor juga masih didominasi laki-laki dengan persentase 64 persen. Sisanya, perempuan hanya mencapai 36 persen.

Ketua Divisi Gender, Anak dan Kelompok Marjinal Aliansi Jurnalis Independen Indonesia, Endah Lismartini mengatakan kondisi kesenjangan itu makin terlihat dengan perbedaan fasilitas yang diterima antara pekerja media yang laki-laki dan perempuan.

“Hal ini terutama karena dalam fasilitas kesehatan pekerja perempuan di media seringkali diberikan status single, sehingga meski memiliki anak namun belum tentu mendapatkan asuransi untuk anak-anaknya,” jelas Endah di Hong Kong Café, Menteng, Minggu (8/3/2020).

Endah menyebut, saat ini di Indonesia ada 12 perempuan yang menjadi pemimpin redaksi khususnya di media arus utama. Dia menyatakan ragam isu jurnalis perempuan juga masih mencuat antara lain; ketidaksetaraan upah, perbedaan jenis pekerjaan, rentan pelecehan seksual, fasilitas yang tak memadai seperti ruang laktasi, day care, dan cuti haid yang belum tentu diberikan, serta masalah beban ganda sebagai akibat dari budaya patriarki dalam masyarakat.

Oleh sebab itu, Endah mengutip berdasarkan Indikator Sensitif Gender untuk Media dari Unesco pada 2012, jika media ingin berhasil menumbuhkan budaya demokrasi di lingkungan kerja, maka media harus mencerminkan keragaman yang ada di dalam masyarakat. Keragaman tersebut antara lain; keragaman bahasa, budaya, agama, ras, etnisitas, dan gender.

Selain itu, semua jurnalis dapat memainkan peran untuk membuka pemikiran akan kesetaraan gender serta membongkar stereotip berbasis gender di, dan melalui media.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro