Bisnis.com, JAKARTA - Krisis virus corona dan lockdown yang diperlukan untuk memerangi virus ini ternyata dapat menyebabkan epidemi kesepian pada orang lansia menurut sebuah penelitian.
Para peneliti menemukan bahwa memotong sekitar 50 persen dari fasilitas transportasi, ritel dan rekreasi yang berfungsi, maka akan meningkatkan perasaan terisolasi dan depresi.
Dilansir dari www.dailymail.uk, Kamis (26/3/2020) temuan ini didasarkan pada survei mengenai perasaan kesepian dan fasilitas lokal yang dilakukan di Finlandia, Polandia dan Spanyol antara 2011-2012.
Sosiolog Joan Domènech-Abella dari University of Barcelona dan koleganya bertanya kepada 5.912 orang berusia 50 tahun lebih di Finlandia, Polandia, dan Spanyol tentang betapa kesepiannya perasaan mereka, jaringan sosial mereka. Tim menemukan bahwa, secara keseluruhan, 11 persen responden survei melaporkan memiliki perasaan kesepian dan dengan 6,6 persen menderita gangguan depresi berat.
Para peneliti juga melihat betapa mudahnya bagi para peserta untuk berjalan di sekitar lingkungan mereka, baik untuk sampai ke tujuan tertentu, atau sebagai bentuk kegiatan rekreasi. Oleh karena itu, lockdown yang membuat warga lanjut usia tidak bisa menggunakan fasilitas lokal dan kemampuan untuk berjalan-jalan akan meningkatkan kemungkinan kesepian.
Mengutip www.forbes.com, Sara Czaja dari Center of Aging School of Medicine di University of Miami Miami, menggambarkan tiga peran untuk teknologi untuk mengurangi kesepian pada lansia.
Yang pertama adalah penginderaan dan pemantauan. Perangkat dapat melacak perubahan fisik senior dan kegiatan sosial untuk menentukan apakah dia menjadi lebih terisolasi dan kesepian. Misalnya, apakah dia jarang menggunakan ponsel, jarang mengirim email atau meninggalkan rumahnya.
Informasi ini dapat berharga, dengan asumsi ada seseorang yang dapat melakukan sesuatu tentang hal itu. Tapi, jujur saja, ini juga sedikit menyeramkan.
Penggunaan kedua teknologi adalah untuk membantu membuat koneksi sosial langsung. Email, Skype, dan media sosial dapat membantu manula berkomunikasi dengan teman dan kerabat. Meski demikian, Czaja melaporkan bahwa hanya sekitar sepertiga dari mereka yang berusia 65 dan lebih tua dapat menggunakan Internet, meskipun saat ini sudah meningkat.
Penggunaan ketiga yang diidentifikasi oleh Czaja adalah menggunakan teknologi untuk mendapatkan informasi. Dia dan timnya baru-baru ini mengevaluasi sebuah program yang disebut PRISM yang menggabungkan akses internet dengan situs yang diperiksa seperti NIH Senior Health, kalender, akses email, permainan, dan sejenisnya. Evaluasinya membandingkan alat online dengan bentuk non-elektronik dari informasi yang sama, seperti kalender kertas dan informasi kesehatan dalam binder.
Semua ini adalah hal-hal terbaik yang bisa dilakukan oleh lansia agar tidak merasa kesepian dalam masa social distancing dan lockdown ini. Anak muda disebut-sebut harus lebih sabar mengajari ibu-ayah dan nenek-kakeknya dalam menggunakan teknologi, agar kedepannya apabila ada wabah serupa, mereka tidak akan merasa kesepian lagi.