Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti dari Universitas New York menemukan pasien dengan obesitas paling rentan menghadapi kondisi kritis setelah terinfeksi virus corona. Hal itu diketahui setelah mengamati 8.000 pasien.
"Kondisi kronis dengan hubungan terkuat dengan penyakit kritis adalah obesitas, dengan rasio odds yang jauh lebih tinggi daripada penyakit kardiovaskular atau paru," tulis laporan tersebut dilansir bisnis dari Daily Mail, Rabu (15/4/2020).
Pasien obesitas lebih rentan terhadap infeksi serius karena sistem kekebalan mereka sibuk dengan upaya memperbaiki peradangan yang disebabkan oleh kelebihan lemak.
Dalam sebuah makalah terpisah, para peneliti di NYU Langone Health menyoroti obesitas sebagai pendorong utama di belakang pasien di bawah 60 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Laporan, yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, melihat catatan 3.615 pasien yang dites positif antara 4 Maret dan 4 April.
Ditemukan bahwa mereka yang memiliki BMI lebih dari 30 hampir dua kali lipat kemungkinan dirawat di rumah sakit untuk perawatan akut dan kritis. "Sayangnya, obesitas pada orang [di bawah 60] adalah faktor risiko epidemiologis yang baru diidentifikasi, yang dapat berkontribusi pada peningkatan tingkat morbiditas yang dialami di AS," tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.
Studi telah menunjukkan orang gemuk lebih mungkin menderita komplikasi serius atau meninggal karena infeksi, seperti flu. Dokter mengatakan sistem kekebalan tubuh orang gemuk terus meningkat ketika mereka mencoba melindungi dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh peradangan sel.
Orang dengan obesistas menggunakan semua energinya untuk menangkal peradangan berarti sistem pertahanan tubuh hanya memiliki sedikit sumber daya untuk bertahan melawan infeksi baru seperti COVID-19. Orang yang gemuk juga cenderung makan makanan dengan sangat sedikit serat dan antioksidan seperti buah dan sayuran.
Sebagian besar pasien dengan BMI lebih dari 40 orang menderita masalah pernapasan yang berkisar dari sesak napas sederhana hingga kondisi yang berpotensi mengancam jiwa yang dikenal sebagai obesitas hypoventilation syndrome (OHS).
Kelebihan berat badan juga membuat lebih sulit bagi diafragma dan paru-paru untuk mengembang dan menghirup oksigen. Kekurangan oksigen, organ akan mulai gagal beroperasi. Faktor-faktor ini dapat menjelaskan mengapa paru-paru orang gemuk cenderung gagal lebih cepat ketika coronavirus baru menyerang, dibandingkan dengan orang yang sehat.
COVID-19 membunuh dengan menyebar jauh ke paru-paru dan menyebabkan komplikasi seperti pneumonia. Ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan peluang seseorang yang gemuk untuk mendapatkan kondisi lebih parah setelah terinfeksi corona, termasuk kurang olahraga.
Penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik meningkatkan jumlah sel kekebalan tertentu yang membantu meningkatkan aktivitas kekebalan tubuh. Arteri yang tersumbat juga mempersulit darah yang membawa sel-sel imun untuk melewati dan memperbaiki sel-sel di sekitar tubuh.