Bisnis.com, JAKARTA -- Beberapa waktu yang lalu beredar kabar bahwa kandungan curcumin di dalam kunyit dan temulawak tidak disarankan untuk mencegah Covid-19 karena membuat tubuh lebih rentan terpapar virus ini. Namun apakah benar?
Kunyit adalah anggota keluarga jahe, berasal dari India dan Asia Tenggara. Orang telah menggunakan akar kunyit untuk membumbui makanan mereka selama ribuan tahun. Secara historis, orang mengaitkan kunyit dengan khasiat penyembuhan. Bahkan sekarang, beberapa kelompok masyarakat memuji kunyit sebagai obat mujarab untuk semua penyakit termasuk Covid-19.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr. Inggrid Tania mengatakan bahwa penelitian tersebut belum ada buktinya pada manusia, karena menurut penelitian yang beredar kerentanan ini diuji coba pada tikus dan belum ada buktinya pada Covid-19.
“Masuknya virus ke manusia ada banyak faktor, itu proses yang sangat rumit tidak bisa hanya 1 penelitian terhadap curcumin kita menyimpulkan bahwa kunyit berbahaya, padahal kunyit mengandung ratusan zat aktif salah satunya curcumin,” ujarnya dalam Webinar Tetap Bugar di Tengah Pandemi Korona, Kamis (16/4/2020).
Ia menambahkan bahwa sampai saat ini belum ada satupun bahan aktif yang terbukti mampu mencegah COVID-19 secara spesifik. Namun, upaya pemeliharaan kesehatan dan kebugaran maupun imunitas tubuh dengan mengkonsumsi jamu/herbal sebaiknya dilakukan setiap hari untuk mendapatkan hasil yang optimal.
“Jadi kalau dari 1 penelitian langsung disimpulkan untuk COVID-19 itu kesimpulan yang melompat padahal kesimpulan yang lain begitu banyak manfaat terhadap imunitas tubuh dan anti inflamasi,” paparnya
Tidak hanya itu, selama bertahun-tahun, para peneliti mengadu kurkumin dengan sejumlah gejala dan kondisi, termasuk peradangan, sindrom metabolik, radang sendi, penyakit hati, obesitas, dan penyakit neurodegeneratif, dengan berbagai tingkat keberhasilan.