Bisnis.com, JAKARTA - Untuk menekan semakin menyebarnya pandemi virus corona baru (Covid-19), pemerintah memberlakukan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah di Indonesia.
PSBB melarang orang-orang berkegiatan di luar rumah kecuali keadaan darurat. Di Jakarta, PSBB sudah memasuki periode kedua yakni dari 24 April sampai nanti pada 22 Mei 2020.
Lamanya masa isolasi diri dengan tidak pergi meninggalkan rumah selama berminggu-minggu membuat banyak orang dilanda sedih, gelisah sampai merasa tertekan. Bahkan kini ada yang menyebut diri mereka terkena cabin fever.
Apa yang dimaksud dengan cabin fever? Meski sudah mulai populer untuk mendefinisikan kondisi tidak nyaman yang berkaitan dengan keadaan berdiam diri di rumah untuk jangka waktu yang lama, cabin fever sebenarnya tidak ada di pedoman diagnostik gangguan jiwa.
"Artinya kalau kita membahas cabin fever, kita tidak bisa memasukkannya sebagai suatu gangguan kejiwaan," kata dr Gina Anindyajati, SpKJ dari Departemen Psikiatri FKUI-RSCM.
Selama jangka waktu PSBB, seseorang dibatasi untuk beraktivitas di luar rumah karena suatu kondisi bahaya kesehatan yang mengancam kesehatan.
"Saat seperti sekarang, ketika keluar rumah dibatasi karena ancaman kesehatan, mungkin membuat kita merasa tidak nyaman dan tidak betah berlama-lama berada di rumah. Pada kondisi seperti ini, istilah cabin fever bisa juga digunakan pada orang yang tidak nyaman berada di rumah," kata dr Gina.
Gejala Cabin Fever
Orang yang mengalami cabin fever bisa merasa kebosanan, irritable (mudah marah dan tersinggung), kadang rasa putus asa, dan berbagai emosi lain yang tidak mengenakkan.
"Secara perilaku, orang dengan cabin fever bisa mengeluh sulit untuk fokus terhadap hal yang dikerjakan, restless (tidak bisa diam, mondar mandir, fidgeting)," katanya.
Sementara Menurut Wellmind, gejala cabin fever lebih terperinci yakni: kegelisahan, turunnya motivasi, mudah tersinggung, mudah putus asa, sulit berkonsentrasi, pola tidur tidak teratur dan sulit bangun dari tidur.
Selain itu gejala lain adalah lemah lesu, sulit percaya pada orang di sekitar, tidak sabaran, merasa sedih dan depresi untuk waktu yang lama.
Gejala bisa beda-beda tiap orang dan hanya dokter profesional yang bisa melakukan diagnosa akurat atas keadaan mental seseorang.
Bagaimana bisa kena cabin fever? Gina menjelaskan bahwa asal muasal cabin fever sebenarnya bisa berasal dari kurang aktifnya seseorang ketika harus menjalani isolasi di rumah sehingga akhirnya merasa bosan.
"Seseorang akan rentan mengalami cabin fever ketika mereka tidak melakukan apa pun di rumah," kata dr Gina.
Mungkin awalnya seseorang menganggap bekerja di rumah (working from home/WFH) semasa pandemi virus corona layaknya liburan.
"Sehingga bawaannya leyeh-leyeh, santai-santai. Sayangnya kalau ini dilakukan dalam jangka waktu lama, kita akan mudah bosan dan terjebak dalam cabin fever," kata dr Gina.