Bisnis.com, JAKARTA – Dokter di Italia telah melaporkan bukti pertama tentang hubungan antara infeksi virus corona (Covid-19) dan gangguan peradangan serius yang mengharuskan pasien menjalani perawatan intensif.
Kondisi tak lazim muncul bulan lalu ketika National Health Service mengeluarkan peringatan kepada dokter, setelah rumah sakit mengakui sejumlah anak dengan campuran syok toksis dan gejala yang terlihat pada gangguan peradangan.
Selanjutnya, petugas medis di Evelina London Children’s Hospital mengumumkan adanya kematian seorang anak berusia 14 tahun. Adapun, kini Inggris telah merawat 75-100 anak dengan gejala khas termasuk demam, ruam kulit, mata merah, bibir pecah-pecah, dan sakit perut.
Para dokter mencurigai sejak awal bahwa virus corona berperan dalam gangguan baru tersebut, dengan memicu reaksi kekebalan yang berlebihan pada anak-anak. Akan tetapi, belum ada bukti jelas yang menunjukkan adanya keterkaitan di antara dua gejala itu.
Bukti baru datang dari dokter di Bergamo, Italia. Catatan medis di Papa Giovanni XXIII Hospital menunjukkan bahwa sejak wabah mencapai Bergamo, kasus penyakit mirip yang ada di Inggris naik menjadi 10 per bulan.
Dari 10 anak yang dirawat karena gangguan pada pertengahan Februari hingga pertengahan April, 8 diantaranya dinyatakan positif antibodi terhadap virus. Adapun, 2 kasus lainnya dinyatakan negatif yang dijelaskan dengan tes.
“Penelitian kami memberikan bukti jelas tentang hubungan antara infeksi SARS-CoV-2 dan kondisi peradangan ini. Kami berharap ini akan membantu para dokter di seluruh dunia untuk mencoba mengatasi virus ini,” kata Lorenzo D Antiga, Director of Child Health Papa Giovanni XXIII Hospital.
Menulis di jurnal Lancet, petugas medis memperingatkan bahwa hubungan antara virus corona baru dan kondisi peradangan ini harus diperhitungkan ketika pemerintah akan meringankan pembatasan kuncian wilayah masing-masing.
Mereka menekankan, bahwa gangguan ini masih sangat jarang, memengaruhi hanya sekitar 1 per 10.000 anak yang terpapar virus. Akan tetapi, sebagian kecil itu membutuhkan perawatan intensif ketika mereka terpapar kondisi tersebut.
Annalisa Gervasoni, dokter spesialis anak mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya, hanya sebagian kecil dari anak-anak yang terinfeksi SARS-CoV-2 yang mengalami gejala penyakit tersebut. Namun, penting untuk memahami konsekuensi yang diakibatkan.
Kondisi peradangan yang disebut dengan penyakit Kawasaki ini bisa memengaruhi bayi, menyebabkan peradangan pembuluh darah dan dalam beberapa kasus menyebabkan pembengkakan jantung. Penyebabnya masih tidak diketahui tetapi penelitian menunjukkan itu adalah respons inflamasi pasca infeksi.
Meningkatnya kasus menunjukkan bahwa penyakit ini lebih banyak menyerang anak-anak muda dan dipicu secara khusus oleh virus corona. Sejak kasus pertama dilaporkan di Inggris, ada lebih dari 10 kasus baru telah muncul di Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, Italia, dan Swiss.
Pejabat kesehatan di Inggris meluncurkan studi pengawasan baru-baru ini untuk memantau kasus gangguan yang mereka beri nama sebagai PIMS-TS, untuk sindrom multisistem inflamasi anak yang sementara ini dilaporkan terkait dengan SARS-CoV-2.