Bisnis.com, JAKARTA - Obat pertama untuk perawatan virus corona yang diproduksi oleh Gilead Sciences Inc, telah terbukti efektif pada pasien yang membutuhkan oksigen ekstra.
Namun demikian, obat tersebut tidak efektif bagi pasien yang membutuhkan oksigen ekstra yang juga bergantung pada ventilator atau mesin pintas jantung-paru, menurut laporan dalam New England Journal of Medicine.
Dalam percobaan, pasien secara acak diberikan remdesivir (dosis pada hari pertama 200 mg, diikuti oleh 100 mg setiap hari hingga 9 hari tambahan) atau plasebo hingga 10 hari.
Melansir businesstoday.in, Minggu (24/5/2020), hasil awal percobaan tersebut menunjukkan bahwa pemberian remdesivir 10 hari jauh lebih efektif dibandingkan dengan plasebo pada pengobatan pasien Covid-19.
Hasil utama yang terlihat adalah waktu untuk pemulihan. Berbeda dengan obat plasebo, remdesivir membantu pasien yang terinfeksi Covid-19 sembuh lebih cepat dan memungkinkan mereka kembali ke rumah setelah sekitar 11 hari. Sementara plasebo mengobati pasien Covid-19 dalam 15 hari.
Selain itu, ada juga tanda-tanda obat remdesivir meningkatkan tingkat keberlangsungan hidup pasien sebesar 7,1 persen.
Di sisi lain, dalam penelitian itu, sebanyak 11,9 persen pasien yang diuji dengan plasebo meninggal dalam dua minggu.
Para ahli menyambut baik temuan itu, dengan mengatakan hasil penelitian menunjukkan waktu pemulihan pasien yang menggunakan remdesivir lebih cepat hingga 27 persen.
"Remdesivir lebih unggul dibandingkan plasebo dalam mempersingkat waktu pemulihan pada orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dan bukti infeksi saluran pernapasan yang lebih rendah," kata para peneliti.
Percobaan dengan total 1.063 pasien tersebut dilakukan secara acak, 538 diberikan remdesivir dan 521 ke plasebo.
Para peneliti menambahkan, efek samping serius dilaporkan pada 114 dari 541 pasien dalam kelompok remdesivir yang menjalani pengacakan (sebesar 21,1 persen) dan 141 dari 522 pasien dalam kelompok plasebo yang menjalani pengacakan (sebesar 27 persen).
Adapun, remdesivir telah tersedia atas izin The Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, di bawah otorisasi penggunaan darurat untuk pengobatan orang dewasa dan anak-anak dengan penyakit virus corona parah.
Percobaan disponsori dan terutama didanai oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) dan National Institutes of Health (NIH).