Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah cara medium kreatif harus bisa diwujudkan selama momen belajar anak dari rumah agar terjadi dialog dua arah.
Menurut Psikolog Reynitta Poerwito, media televisi memang belum tentu efektif bagi sarana pembelajaran anak di rumah. Dia beralasan, TV berbeda dari interaksi dua arah yang ditawarkan melalui internet. Dia menyebut, pemerintah perlu memberikan kreasi lain untuk menunjang pendampingan tenaga pendidik dan siswa selama belajar di rumah saja.
“Pembelajaran anak itu harus ada kreativitas dan inisiatif. Karena sekarang hanya di rumah saja, perlu untuk membuat pelajaran itu sesuai dengan keseharian mereka saat ini, perlu dialog juga selama proses pembelajaran itu,” terang Reynitta kepada Bisnis beberapa waktu yang lalu.
Sebagai contoh, dia menyarankan ada baiknya pemerintah membuat materi pendidikan anak dari rumah yang dikemas seperti games yang bisa diakses di internet. Hal ini berguna menjaga anak agar tak cepat bosan selama proses belajar. Antusiasme yang terjaga akan memberikan dampak efektif bagi pemahaman anak.
“Maka dalam situasi ini jika sekolah atau pemerintah belum bisa mewujudkan, penting bagi orangtua memberikan sikap suportif yang tidak memaksa, artinya, orang tua juga harus belajar mengendalikan ekspektasi atas proses dan hasil belajar anak selama di rumah saja,” terangnya.
Hal ini juga penting karena Reynitta menyebut proses belajar dari rumah tidak hanya sulit bagi orang tua tapi jauh lebih sulit bagi si peserta didik. Dia pun berbagi cerita pengalaman dua anaknya yang butuh proses adaptasi belajar dari rumah. Proses adaptasi ini jika tak didampingi secara tepat bisa memicu stress pada anak karena ekspektasi belajar dengan realitas tidak selaras.
“Sekarang sembari adaptasi pastikan orang tua dan tenaga pendidik juga bisa menciptakan rasa nyaman belajar bagi anak. Karena mereka ini adaptasi juga tak mudah. Buat yang biasanya belajar di sekolah dengan tata cara guru sekarang harus mendadak berubah dengan gaya orang tua,” sambung Reynitta.
Terkait pendampingan dalam menyelesaikan tugas, Reynitta menilai tingkat kesulitan yang dirasakan dan dikeluhkan orang tua sebenarnya sangat relatif. Dia menyebut, bagi orang tua yang selama ini sudah sering mendampingi anak mengerjakan PR tentu tak mengalami kesulitan dalam membimbing anak mengerjakan tugas.
“Saya pribadi misalnya tak masalah dengan beban tugas yang diberikan guru, tapi beberapa orang tua lain mungkin merasa tugasnya banyak dan berat. Ini juga sangat terkait dengan kesibukan orang tua masing-masing,” ungkap Reynitta.
Dia pun menuturkan pentingnya pembagian tugas untuk menjaga stress antara ayah dan ibu selama di rumah saja, mengerjakan pekerjaan kantor dan membimbing anak belajar. Reynitta mengingatkan, orang tua yang sehat dan tidak mudah stres punya implikasi positif bagi keberhasilan belajar anak agar terhindar pula dari stres.