Bisnis.com, JAKARTA - Asap rokok yang sering dihirup oleh anak, bisa menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak hingga stunting.
Mengutip data dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia, tumbuh kembang anak yang memiliki orang tua perokok lebih lambat dibanding dengan anak yang memiliki orang tua tidak merokok.
Pertumbuhan berat badan secara rata-rata lebih ringan 1,5 kg dan pertumbuhan tinggi badan (secara rata-rata) lebih rendah 0,34 cm sehingga kemungkinan stunting anak perokok 5,5 persen dibanding anak bukan perokok.
Hendra Jamal, Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPPA) menegaskan bahwa rokok dengan segala keburukkannya mencoreng hak anak untuk tumbuh.
Menurutnya, orang tua harus peduli dengan kesehatan anak saat mengonsumsi produk tembakau. Dia mengungkapkan masih banyak orang tua yang tidak peduli dan masih membiarkan asap rokok dihirup oleh anak.
“Anak itu peniru ulung, kita sebagai orang tua dan keluarga harus menjadi tauladan yang baik,” tuturnya dalam webinar yang diselenggarakan oleh PKJS-UI dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Kamis (11/6/2020).
Jamal juga menambahkan bahwa anak tengah dijadikan target perokok pemula. Karena dari perokok pemula yang berumur 10 tahun - 18 tahun,kedepannya akan terus merokok sampai dewasa sehingga pendapatan dari rokok tersebut akan terus mengalir.
Sebagai informasi, konsumsi rokok di Indonesia dilaporkan masih tinggi, yaitu sebesar 33,8 persen. Angka tersebut didominasi perokok laki-laki dewasa yakni sebesar 62,9 persen, artinya banyak perempuan dan anak menjadi perokok pasif dalam kesehariannya.
Kondisi ini semakin memprihatinkan dengan naiknya perokok anak dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018.