Bisnis.com, JAKARTA – Asma masih menjadi penyakit yang berpotensi mematikan apabila tidak dapat tertangani dengan benar. Penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas ini menimbulkan sesak atau sulit bernapas.
Dilansir Insider, Senin (29/6/2020) Troy Madsen, seorang profesor kedokteran emergency di University of Utah mengatakan bahwa penderita asma, kemungkinan sudah memiliki sebagian besar gejala serangan asma, hanya dalam bentuk yang lebih ringan.
Beberapa gejala paling umum dari serangan asma yakni berupa napas yang sangat pendek, desah, batuk, sesak di dada. Sementara penyebab serangan asma biasanya terjadi ketika saluran bronkial atau saluran udara meradang atau tersumbat. Otot-otot di sekitar tabung ini mengerut dan menyempit, sehingga sulit bernapas.
Namun penyebab umum serangan asma dipicu alergi, seperti jamur, binatang peliharaan, atau tungau debu. Kemudian iritasi udara, seperti asap, parfum, atau bau kimia. Lalu penyakit seperti flu atau infeksi saluran pernapasan, dan olahraga atau beraktifitas terlalu keras.
“Sangat sulit untuk membedakan serangan asma dari reaksi alergi," kata Madsen.
Dalam beberapa kasus, bagi penderita asma, memiliki reaksi alergi sebenarnya dapat memicu serangan asma tersebut. Ini bisa terjadi jika penderita menghirup alergen di udara seperti serbuk sari atau debu.
Orang yang menderita serangan kecemasan juga mungkin mengalami sesak napas dan sesak di dada mereka, tetapi ada perbedaan gejala dengan asma. Mengi adalah tanda serangan asma yang mungkin tidak muncul dalam kondisi lain, kata Madsen.
Untuk mengobati asma, pertolongan pertma yang harus dilakukan yakni dengan memberi inhaler yang diisi dengan albuterol, bronkodilator yang melemaskan otot-otot di saluran udara. Tetapi jika salah satunya tidak tersedia dan masih kesulitan bernapas, sebaiknya segera di bawa ke rumah sakit.
“Jika Anda menderita asma yang parah, mungkin perlu membawa inhaler setiap saat sehingga siap jika terjadi serangan asma. Orang-orang biasanya membawa inhaler mereka ke dalam tas, ransel, atau saku,” tutur Madsen.
Inhaler umumnya mengandung albuterol, obat yang membantu membuka jalan napas penderita asma. Menghirup albuterol harus dengan cepat meringankan gejala seperti mengi dan sesak napas.
Jika masih mengalami gejala asma setelah menghirup inhaler, penderita dapat minum albuterol sekali lagi setelah 20 menit. Tetapi jika masih merasakan sesak napas ekstrem setelah perawatan kedua, penderita asma harus pergi ke dokter untuk mendapat perawatan lebih lanjtut.
Bagi anak kecil yang kesulitan menggunakan inhaler, kata Madsen dapat menggunakan albuterol dan nebulizer, sebuah mesin yang menggunakan tabung plastik dengan corong untuk mengantarkan obat dalam bentuk asap.
Saat serangan asma datang, pastikan penderita menjauhi pemicu asma seperti serbuk sari atau asap. Kemudian duduk tegak dan hindari berbaring agar saluran udara tetap terbuka penuh. Cobalah memperlambat napas sehingga bisa menghirup dua hitungan dan mengembuskan dua hitungan. Mengambil napas lebih dari 30 kali per menit dianggap bernapas cepat dan dapat memperburuk gejala asma.
“Cobalah bernapas melalui hidung dan keluar melalui mulut untuk menghentikan diri dari hiperventilasi. Pernapasan lambat juga dapat membantu menghentikan Anda dari panik, yang penting, karena panik dapat memicu hiperventilasi dan memperburuk kondisi Anda,” tandas Madsen.