Ilustrasi parkinson
Health

Masalah di Kulit Kepala Bisa Jadi Gejala Penyakit Parkinson

Desyinta Nuraini
Selasa, 21 Juli 2020 - 10:29
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Mungkin masyarakat awam masih banyak yang belum mengenal penyakit Parkinson. Padahal penyakit ini berbahaya karena bisa merusak otak selama bertahun-tahun.

Melansir Ekspress UK, gejala utama penyakit ini berkaitan dengan gerakan karena melibatkan hilangnya sel-sel saraf di bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproduksi bahan kimia yang disebut dopamin. Dopamin bertindak sebagai pembawa pesan antara bagian-bagian otak dan sistem saraf yang membantu mengendalikan dan mengoordinasikan gerakan tubuh.

Jika sel-sel saraf ini mati atau menjadi rusak, jumlah dopamin di otak berkurang. Hal ini berarti bagian dari otak yang mengendalikan gerakan tidak dapat berfungsi dengan normal, menyebabkan gerakan menjadi lambat dan abnormal.

Menurut NHS, tiga gejala utama penyakit Parkinson yang mempengaruhi pergerakan fisik adalah tremor-shaking, yang biasanya dimulai di tangan atau lengan dan lebih mungkin terjadi ketika anggota badan rileks dan beristirahat. Kemudian lambatnya gerakan (bradikinesia) yakni gerakan fisik jauh lebih lambat dari biasanya dan mengganggu aktivitas sehari-hari terganggu.

Ketiga, adanya kekakuan otot (rigiditas) yakni kekakuan dan ketegangan pada otot, yang dapat membuatnya sulit untuk bergerak dan membuat ekspresi wajah, dan dapat menyebabkan kram otot yang menyakitkan (dystonia). Penting untuk dicatat bahwa penyakit Parkinson juga dapat menyebabkan serangkaian gejala fisik dan mental lainnya.

Namun satu kondisi yang kurang dikenali yang sering berkembang pada orang dengan Parkinson adalah seborrhoeic dermatitis. Ini adalah kondisi di mana area kulit yang memiliki banyak kelenjar sebaceous menjadi merah, gatal dan sakit. Tak hanya itu, kulit juga bisa mengelupas dan dapat mengembangkan kerak atau sisik yang tebal. Kelenjar sebaceous adalah kelenjar penghasil minyak kecil yang ada di kulit.

Menurut Parkinson's Foundation (PF), salah satu area utama yang terkena dampak adalah kulit kepala dalam kasus-kasus ringan kulit dapat mengelupas seperti ketombe. "Dalam kasus yang lebih parah, orang mungkin memiliki kulit kepala merah dan bersisik, kadang-kadang dengan ruam," catat badan amal itu.

Selain perubahan fisik, ada sejumlah gejala kognitif dan kejiwaan yang harus diwaspadai.

Menurut NHS, gejala tersebut berupa depresi dan kecemasan, gangguan kognitif ringan seperti masalah ingatan ringan dan masalah dengan aktivitas yang membutuhkan perencanaan serta organisasi, hingga demensia atau sekelompok gejala, termasuk masalah memori yang lebih parah, perubahan kepribadian, melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi visual) dan mempercayai hal-hal yang tidak benar (delusi).

Kendati demikian, perkembangan penyakit ini dapat diperlambat dengan menerapkan gaya hidup sehat. Parkinson's Foundation (PF) menyebut olahraga dapat membantu menjaga keseimbangan, mobilitas, dan aktivitas hidup sehari-hari, bersama dengan efek perlindungan saraf yang potensial. Bahkan, ada konsensus yang berkembang di antara para peneliti tentang manfaat olahraga jangka pendek dan jangka panjang untuk orang-orang dengan Parkinson.

Penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga dapat meningkatkan gaya berjalan, keseimbangan, tremor, fleksibilitas, kekuatan genggaman, dan koordinasi motorik.

Latihan seperti readmill dan bersepeda semuanya terbukti bermanfaat, bersama dengan Tai Chi dan yoga.
Untuk orang-orang dengan Parkinson ringan hingga sedang, latihan yang ditargetkan dapat mengatasi gejala-gejala tertentu misalnya aerobik meningkatkan kebugaran, latihan berjalan membantu dalam gaya berjalan, latihan resistensi memperkuat otot. Satu studi menunjukkan bahwa kelas menari tango dua kali seminggu membantu orang dengan Parkinson meningkatkan gejala motorik, keseimbangan dan kecepatan berjalan.

Olahraga juga dapat meningkatkan kognisi, depresi, dan kelelahan, tetapi penelitian ini masih berlangsung. Satu studi menunjukkan bahwa orang dengan Parkinson yang berolahraga secara teratur selama 2,5 jam seminggu mengalami penurunan mobilitas dan kualitas hidup selama dua tahun.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro