Bisnis.com, JAKARTA -- Pengukuran suhu dapat menjadi salah satu bagian dari penilaian untuk menentukan apakah seseorang memiliki suhu tinggi yang berpotensi disebabkan oleh infeksi COVID-19.
Salah satu metode untuk mengukur suhu permukaan seseorang adalah penggunaan perangkat penilaian suhu "tanpa sentuhan" atau non-kontak, seperti sistem pencitraan termal (juga dikenal sebagai kamera pencitraan termal atau sistem teletermografi inframerah) atau termometer inframerah non-kontak.
Dalam dunia maya, warganet dihebohkan denga unggahan seseorang yang mengatakan bahwa pengecekan suhu menggunakan thermo gun berbahaya bagi kesehatan terutama otak.
Termometer gun adalah perangkat yang dilengkapi dengan sensor inframerah yang dapat dengan cepat mengukur suhu permukaan tanpa membuat kontak dengan kulit seseorang.
Dalam beberapa tahun terakhir, ini telah menjadi alat penting bagi negara-negara yang berjuang untuk mencegah wabah virus. Alat itu banyak digunakan untuk memperlambat penyebaran SARS di China pada awal 2000-an dan untuk mengekang wabah Ebola di Afrika Barat satu dekade kemudian.
Dikutip dari pesacheck.org, Selasa (21/7/2020), Dr. Ngumbau Kitheka, seorang dokter di Rumah Sakit Kenyatta mengatakan bahwa suhu inframerah tidak memancarkan energi atau radiasi. Sebaliknya, itu adalah tubuh manusia yang memancarkan radiasi inframerah yang diserap oleh pistol termometer yang kemudian menginterpretasikan suhu tubuh dari ini.
Manusia memancarkan panas dalam bentuk radiasi termal, asalkan suhu lingkungan di atas nol mutlak. Dr Leonard Mabele, seorang dosen di Universitas Strathmore, mengatakan kepada bahwa termometer inframerah non-kontak bekerja dengan sensor inframerah pasif inbuilt yang mengukur emisi inframerah suatu objek.
Sensor pada thermo gun mengartikan emisi inframerah dari tubuh sebagai suhu, dan mencerminkan ini sebagai nilai numerik. Sinar laser yang dipancarkan oleh pistol termometer digunakan untuk membantu secara akurat titik-titik pada suatu objek yang akan diukur.
Sementara thermo gun pada awalnya dimaksudkan untuk mengukur suhu benda yang bergerak dan permukaan yang tidak dapat diakses, mereka saat ini sedang digunakan di bandara, pusat perbelanjaan, rumah sakit dan area publik lainnya untuk menyaring suhu orang tanpa perlu kontak dekat, sehingga meminimalkan risiko infeksi . Suhu yang meningkat adalah salah satu cara mengidentifikasi seseorang yang mungkin memiliki infeksi COVID-19.
Food, and Drug Administration (FDA) mengatakan penggunaan termometer inframerah mengurangi risiko kontaminasi silang dan meminimalkan penyebaran virus.