Bisnis.com, JAKARTA – Penelitian baru menunjukkan bahwa embrio bisa berisiko terkena virus corona baru atau Covid-19 pada awal minggu kedua jika ibu mereka mengalami penyakit.
Para ilmuwan mengatakan temuan tersebut menunjukkan ada kemungkinan bahwa Covid-19 dapat memengaruhi kemampuan embrio untuk ditanamkan dengan benar ke dalam rahim, atau berimplikasi pada kesehatan janin di masa depan.
Studi tersebut menemukan gen untuk protein yang membuat sel rentan terinfeksi oleh virus, dapat ditemukan di dalam embrio dalam 14 hari pertama perkembanganya. Itu adalah tahapan penting dalam perkembangan ketika embrio menempel pada rahim dan melakukan perombakan pada jaringan.
Data itu diambil data ekspresi gen, suatu proses di mana gen tertentu diaktifkan untuk menghasilkan protein yang dibutuhkan. Gen menyandikan protein dan protein menentukan fungsi sel, dan ribuan gen yang diekspresikan dalam sel tertentu menentukan apa yang akan terjadi berikutnya.
Namun, para ilmuwan mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian karena temuan ini belum divalidasi pada tingkat protein, dalam model embrio sel induk atau model hewan. Para ahli juga menekankan bahwa penelitian awal ini lebih banyak menimbulkan pertanyaan.
David Glover dari University of Cambridge, dalam jurnal Open Biology mengatakan bahwa studi tersebut saat ini menawarkan indikasi bahwa efek potensial infeksi SARS-CoV-2 pada embrio awal harus diselidiki lebih lanjut.
Namun demikian, para ahli mengatakan bahkan jika seorang ibu hamil terinfeksi virus corona baru, penularan virus ke bayinya sangat kecil. Selain itu, bahkan jika bayi itu terinfeksi hasil umumnya baik dan tidak menimbulkan masalah serius.
Christoph Lees dari Imperial College London mengatakan ini adalah studi berbasis laboratorium yang menarik, menggunakan platform budaya yang baru dikembangkan dan memungkinkan peneliti melihat ekspresi gen pada embrio awal manusia.
“Beberapa gen mungkin terlibat dalam bagaimana virus SARS-CoV-2 memasuki sel. Studi ini menemukan bahwa gen ini mungkin ada pada tahap yang sangat awal dan meningkatkan kemungkinan embrio rentan terhadap virus,” katanya seperti dikutip Metro, Kamis (6/8).
Dia melanjutkan, penting untuk diketahui bahwa pekerjaan ini berada pada tahap masih sangat awal atau tahap hipotesis. Dengan kata lain, masih ada lebih banyak tanda tanya ketimbang jawaban yang muncul.
Dia juga menambahkan bahwa apa yang tampak mungkin dalam penelitian laboratorium masih jauh dari apa yang sebenarnya terjadi pada embrio manusia. Less menyebut penting untuk dicatat bahwa belum ada bukti peningkatan risiko keguguran atau masalah janin lainnya dari puluhan kehamilan yang telah terpapar Covid-19.
Andrew Shennan dari King’s College London mengatakan bahwa penelitian ilmiah tersebut menunjukkan sel-sel bayi di dalam rahim dapat terinfekksi oleh virus corona pada awal kehamilan jika mereka terpapar virus.
“Namun, basis bukti yang ada menunjukkan jarang ada virus yang melintasi plasenta dalam kehamilan. Bahkan jika sel janin terinfeksi, penelitian ini tidak menunjukkan bahwa mereka akan dirugikan. Sebagian besar sel sembuh total setelah terinfeksi virus,” katanya.