Bisnis.com, JAKARTA – Ilmuwan menyatakan bahwa desakan untuk mengimunisasi populasi terhadap Covid-19 dapat menyebabkan peluncuran vaksin yang tidak terlalu efektif dan berisiko memperburuk pandemi yang masih berlangsung.
Sebagaimana yang terjadi saat ini, negara dan perusahaan bersaing untuk menjadi yang pertama mendapatkan lisensi vaksin virus corona baru. Akan tetapi, para ahli mengatakan dunia akan lebih baik dengan menunggu hasil komprehensif dari vaksin yang sedang dikembangkan.
Pejabat Inggris, misalnya mengumumkan pada akhir pekan bahwa negaranya akan menggunakan berbagai upaya guna mendorong vaksin apapun melalui proses peraturan cepat, yang belum pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Amerika Serikat juga serupa. Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa negaranya akan memiliki vaksin virus corona, bahkan sebelum pemilihan umum yang bakal digelar di seluruh negara di Amerika Serikat pada 3 November mendatang.
Vaksin memang sangat penting untuk menghentikan pandemi saat ini. Namun, Sir Richard Peto dari University of Oxford mengatakan bahwa vaksin pertama akan dibeli dan digunakan di seluruh dunia bahkan jika kemanjurannya rendah.
Sekalipun hanya melindungi sebagian kecil dari populasi, hal tersebut akan dianggap sebagai standar untuk mengukur vaksin selanjutnya. Ini bahkan dapat menyebabkan vaksin dengan efektivitas yang lebih rendah disetujui.
“Saya pikir ada desakan besar, desakan nasionalis dan kapitalis untuk menjadi yang pertama mendaftarkan vaksin. Ini sebenarnya akan mempersulit evaluasi vaksin lain. Kita memang membutuhkan vaksin tapi kami butuh bukti kemanjuran yang cukup kuat,” katanya seperti dikutip The Guardian, Senin (31/8/2020).
Ada momentum politik dan komersial yang sangat besar di Inggris, di balik pengembangan vaksin Oxford/AstraZeneca, yang merupakan salah satu vaksin terdepan di dunia. Percobaan uji klinis lanjutan telah dilakukan di sejumlah negara termasuk Afrika Selatan dan Brasil.
Departemen Kesehatan Inggris mengatakan sebelumnya bahwa mereka berencana mengambil tindakan darurat untuk memastikan Inggris dapat melisensikan vaksin pada tahun ini, jika bukti keamanan dan kemanjurannya memadai.
Peto, yang juga anggota dari Pakar Uji Coba Vaksin Solidaritas WHO mengatakan dalam jurnal medis Lancet bahwa vaksin yang buruk berarti lebih buruk daripada tidak ada vaksin sama sekali, paling tidak karena orang yang memilikinya akan menganggap mereka tidak lagi berisiko dan menghentikan upaya protokol kesehatan.
“Penyebaran vaksin yang sangat efektif sebenarnya dapat memperburuk pandemi Covid-19 jika pihak berwenang salah berasumsi bahwa itu dapat menurunkan risiko atau jika individu yang divaksinasi yakin bahwa mereka akan kebal,” kata para peneliti dalam jurnal Lancet.
Mereka mendesak semua regulator untuk tetap berpegang pada pedoman WHO, yang menyatakan bahwa tidak ada vaksin yang kurang dari 30 persen efektif yang harus disetujui. Lembaga itu merekomendasikan setidaknya 50 persen keefektifan, tetapi bisa jadi hanya 30 persen dalam praktiknya.
US Food and Drug Administration mengatakan bahwa mereka akan mematuhi pedoman 30 persen, tetapi beberapa pengamat menyebut bahwa keadaan di bawah tekanan politik mungkin bisa mendorong persetujuan vaksin dengan tingkat kemanjuran di bawah pedoman tersebut.