Bisnis.com, JAKARTA - Para ahli di Universitas Birmingham mengungkap fakta kondisi buruk petugas medis yang terinfeksi virus corona.
Berdasarkan hasil studi, petugas medis dengan latar belakang kulit hitam, Asia, atau etnis minoritas yang terinfeksi Covid-19 cenderung kekurangan vitamin D.
Dilansir dari Medical Xpress, Kamis (8/10/2030), peneliti menganalisis sampel darah dari 392 petugas kesehatan yang direkrut pada Mei 2020 menjelang akhir gelombang pertama pandemi Covid-19. Sampel pertama kali diuji untuk mengetahui keberadaan antibodi SARS-Cov-2 menggunakan uji in-house unik yang dikembangkan oleh Universitas Layanan Imunologi Klinis dalam kemitraan dengan The Binding Site sebelum menjalani pengujian untuk menetapkan konsentrasi vitamin D
Dari 392 pekerja, lebih dari setengah (55 persen) memiliki antibodi SARS-Cov-2, yang menunjukkan bahwa mereka telah terinfeksi virus. Sebanyak 61 (atau 15,6 persen) kekurangan vitamin-D, kebanyakan mereka dari latar belakang BAME atau dalam peran dokter junior.
Tingkat vitamin D lebih rendah pada staf yang lebih muda dan laki-laki, dan mereka yang memiliki BMI tinggi.
Hasil juga menunjukkan bahwa staf yang kekurangan vitamin D lebih cenderung melaporkan gejala sakit dan nyeri tubuh, tetapi yang menarik, bukan gejala pernapasan termasuk sesak napas atau batuk terus menerus. Tingkat vitamin juga lebih rendah pada staf yang melaporkan gejala demam.
Dalam kohort secara keseluruhan, ada peningkatan serokonversi (atau perkembangan antibodi SARS-Cov-2 yang dapat dideteksi) pada staf dengan defisiensi vitamin D (72 persen) dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami defisiensi (51 persen) yang menunjukkan bahwa penurunan vitamin D dapat meningkatkan kerentanan terhadap virus. Hal ini terutama terjadi pada pria BAME yang kekurangan vitamin D (94 persen) dibandingkan dengan pria BAME yang tidak kekurangan vitamin D (52 persen).
"Studi kami telah menunjukkan bahwa ada peningkatan risiko infeksi Covid-19 pada petugas layanan kesehatan yang kekurangan vitamin D. Data kami menambah bukti yang muncul dari penelitian di Inggris dan secara global bahwa individu dengan Covid-19 parah lebih kekurangan vitamin D daripada mereka yang menderita penyakit ringan," ujar Profesor David Thickett, dari Institut Peradangan dan Penuaan Universitas Birmingham yang menulis penelitian ini.