Bisnis.com, JAKARTA - Para ilmuwan menemukan fakta usia bukan tolak ukur kerentanan infeksi SARS-CoV-2 atau virus corona. Namun, perkembangan gejala, perkembangan penyakit, dan kematian tergantung pada usia.
Ada sejumlah besar kematian akibat pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung, dan telah terbukti bahwa orang lanjut usia secara tidak proporsional mengembangkan gejala parah dan menunjukkan angka kematian yang lebih tinggi.
Melansir Mdical Xpress, Selasa (13/10/2020), sebuah tim ilmuwan, termasuk Associate Professor Ryosuke Omori dari Pusat Penelitian untuk Pengendalian Zoonosis di Universitas Hokkaido, telah membuat model data yang tersedia dari Jepang, Spanyol, dan Italia untuk menunjukkan bahwa kerentanan terhadap COVID-19 tidak bergantung pada usia, sementara keparahan dan kematian kemungkinan besar tergantung pada usia.
Sebelumnya dikatakan penyebab kematian pada individu lanjut usia dapat karena dua faktor. Faktor pertama yakni seberapa besar kemungkinan mereka terinfeksi karena usia lanjut (kerentanan yang bergantung pada usia), yang tercermin dalam jumlah kasus. kedua, seberapa besar kemungkinan mereka akan terpengaruh oleh bentuk penyakit yang parah karena usia lanjut mereka (keparahan yang bergantung pada usia), yang tercermin dalam angka kematian. Faktor-faktor ini tidak sepenuhnya dipahami untuk Covid-19.
Para ilmuwan lantas memilih untuk menganalisis data dari Italia, Spanyol, dan Jepang untuk menentukan apakah ada hubungan antara usia, kerentanan dan tingkat keparahan. Ketiga negara ini dipilih karena memiliki data yang tercatat dan tersedia untuk umum.
Pada Mei 2020, angka kematian (jumlah kematian per 100.000) adalah 382,3 untuk Italia, 507,2 untuk Spanyol dan 13,2 untuk Jepang. Namun, terlepas dari perbedaan besar dalam angka kematian, distribusi usia kematian (jumlah proporsional kematian per kelompok umur) adalah serupa untuk negara-negara ini.
Para ilmuwan mengembangkan model matematika untuk menghitung kerentanan di setiap kelompok umur dalam kondisi berbeda. Mereka juga memperhitungkan perkiraan tingkat kontak manusia-ke-manusia di setiap kelompok usia, serta berbagai tingkat pembatasan untuk aktivitas di luar rumah di tiga negara.
Model tersebut menunjukkan bahwa kerentanan harus berbeda secara realistis antara kelompok usia jika mereka menganggap usia tidak mempengaruhi keparahan dan mortalitas. Di sisi lain, model menunjukkan usia tidak boleh mempengaruhi kerentanan tetapi harus mempengaruhi keparahan dan mortalitas secara negatif, untuk menjelaskan fakta bahwa distribusi usia kematian adalah serupa antara ketiga negara.
Diketahui, Ryosuke Omori, dari Pusat Penelitian Pengendalian Zoonosis di Universitas Hokkaido, mengkhususkan diri dalam pemodelan epidemiologi yakni menggunaan matematika dan statistik untuk memahami dan memprediksi penyebaran penyakit. Sejak wabah Covid-19, ia telah mengalihkan upayanya untuk memastikan sejauh mana sebenarnya penyebaran pandemi di Jepang dan luar negeri.