Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah penelitian mengungkap bahwa vitamin C bisa menjadi senjata utama yang digunakan dalam perang melawan pandemi Covid-19. Penelitian itu menunjukkan pasien yang diberi suplemen dosis tinggi memiliki risiko kematian yang lebih kecil.
Dilansir dari Express UK, Rabu (28/10/2020) sebuah studi terhadap 54 pasien perawatan intensif dengan virus corona yang dilakukan di China menemukan ada 68 persen lebih sedikit kematian di antara mereka yang diberi suplemen dosis tinggi melalui infus, ketimbang mereka yang hanya diberi dosis tiruan.
Penelitian terbaru yang dilakukan di tiga rumah sakit di Hubei China itu menyimpulkan bahwa penambahan vitamin C dosis tinggi dapat memberikan efek klinis perlindungan pada pasien yang sakit kritis akibat Covid-19.
Beberapa unit perawatan intensif di Inggris seperti Chelsea dan Westminster serta Royal Surrey County Hospital juga sudah memberikan pasien dengan suplemen vitamin C dosis tinggi, berdasarkan penelitian yang ada.
Meskipun tidak diakui secara resmi sebagai pengobatan oleh National Health Service (NHS), platform uji coba obat global yang melibatkan 19 negara yang dikenal dengan nama Remap-Cap juga telah meluncurkan uji coba.
Tony Gordon, kepala Remap-Cap di Inggris mengatakan bahwa pihaknya belum memiliki bukti konklusif tentang manfaat dari pengobatan itu dan masih membutuhkan bukti lebih banyak. Menurut laporan Remap-Cap, vitamin C merangsang sel sistem kekebalan dan dapat meredakan peradangan berbahaya.
Marcela Vizcaychipi, kepala ICU Chelsea dan Westminster menambahkan vitamin tersebut ke dalam paket pengobatan standar untuk Covid-19 pada pandemi. Dia berkata hal itu masuk akan karena terkait dengan sistem kekebalan yang sehat.
“Kami memberi mereka nutrisi yang baik ditambah suplemen mineral dan vitamin. Saya melihat langsung seberapa efektif vitamin C itu,” tandanya.
Penelitian terpisah menunjukkan pasien yang mengidap Covid-19 dengan infeksi dan penyakit parah telah ditemukan dengan hampir tidak ada vitamin C sama sekali dalam darah mereka. Unit perawatan intensif Barcelona menemukan 17 dari 18 pasien kritis memiliki tingkat vitamin yang tidak terdeteksi.
Iain Whitaker dari Swansea University Medical School mengatakan bahwa mengingat profil keamanan dan biaya yang relatif rendah, vitamin C harus dipertimbangkan berdasarkan bukti yang muncul dari kelompok perawatan kritis di seluruh dunia.