Bisnis.com, JAKARTA – Ambisi untuk memproduksi vaksin Covid-19 dengan kecepatan tinggi tampaknya bertentangan dengan kenyataan. Para ahli mengatakan dunia mungkin perlu mengatur ulang harapan tentang seberapa cepat masyarakat bisa divaksinasi.
Jeda dalam uji klinis untuk menyelidiki potensi masalah keamanan, tingkat infeksi yang lebih lambat dalam uji coba, dan ketidaknyamanan otoritas merekomendasikan penggunaan vaksin dengan data yang terbatas, telah menambah kelambanan dalam perkiraan kesiapan vaksin untuk digunakan.
Anthony Fauci, Director the National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) mengatakan bahwa pihaknya tidak tahu kapan otoritas berwenang seperti Food and Drug Administration (FDA) bakal memberi lampu hijau untuk penggunaan vaksin pertama.
Pada awal pekan ini, salah satu pengembang vaksin terdepan Pfizer mengungkapkan bahwa analisis sementara pertama dalam uji klinis fase 3 belum dilakukan. Hal ini berarti belum ada infeksi Covid-19 yang cukup di antara peserta uji coba untuk melakukan analisis vaksin.
Memang sejumlah perusahaan lain memiliki kesempatan untuk melewati ambang batas yang lebih cepat, tetapi Pfizer yang telah menjadi salah satu pemain paling agresif dalam perlombaan vaksin belum membuahkan hasil. Perusahaan awalnya memperkirakan data akan tersedia pada akhir September.
Dilansir dari Stat News, Jumat (30/10/2020) perusahaan asal Amerika Serikat itu memproyeksikan dapat mengajukan permohonan ke FDA untuk toritasa penggunaan darurat vaksin yang dikembangkan bersama dengan BioNtech pada pertengahan November mendatang.
Penting untuk dicatat bahwa hingga saat ini, tidak ada vaksin yang dikembangkan untuk pasar Amerika Serikat yang terbukti efektif dalam mencegah penyakit Covid-19. Uji klinis tahap awal telah menunjukkan apa yang tampak sebagai sinyal yang menjanjikan; berbagai vaksin telah memicu produksi antibodi penting pada orang yang telah diimunisasi.