Bisnis.com, JAKARTA - Vaksin virus corona, Sinovac sejauh ini memberikan hasil yang baik dalam uji klinis fase III di Bandung, Jawa Barat.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Kusnandi Rusmil mengatakan proses uji klinis fase 3 dengan melibatkan 1.620 relawan pada penyuntikan pertama dan 1.650 relawan pada penyuntikan kedua sejauh ini terbilang tidak ada reaksi yang mengkhawatirkan.
"Selama ini hasil yang ada di kita cukup bagus," ujarnya dalam sebuah dialog virtual, Selasa (3/11/3020).
Jejak pra klinis vaksin Sinovac nyatanya juga cukup baik. Kusnandi mengatakan dalam tahap tersebut media uji yakni tumbuhan tidak mengalami kerusakan. Begitu pula pada tikus dan monyet. "Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada hati, limpa, paru-paru, usus," tuturnya.
Adapun dalam uji coba pada manusia fase 1 dan 2 di Wuhan yang melihat imunogenitas, keamanan, dan efikasi vaksin, hasilnya juga terbilang bagus. Termasuk penggunaan dosis tinggi maupun rendah.
Kusnandi mengatakan pihaknya menggunakan dosis rendah karena memang hasilnya cukup baik. "Sampai sekarang nggak usah takut, imunisasi ini sudah dari dulu kami mengerjakannya," tegasnya.
Dia pun mengungkapkan bahwa uji klinis vaksin Covid-19 yang dilakukan saat ini terbilang lebih aman dibandingkan uji klinis uji klinis vaksin tetanus dan difteri.
Diakuinya ada relawan yang mundur dari uji klinis fase 3 vaksin Sinovac di Bandung tersebut. Namun bukan karena efek dari vaksin melainkan karena ada yang pindah kerja, penyakit lain seperti tipes, sehingga tidak bisa dilakukan imunisasi.
"Yang drop out ada 17 orang. 7 pindah kerja, 8 sakit yang bukan disebabkan imunisasi," ungkapnya.
Soal kapan vaksin siap digunakan, Kusnandi menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Namun yang pasti timnya melakukan uji coba sesuai jadwal dan tidak terburu-buru.
"Semua yang disuntikkan itu diikuti selama 6 bulan. Nanti laporan pertama bulan Januari, selesainya Maret paling cepat. Seandainya Indonesia mau beli vaksin dari luar silahkan tapi vaksin kita belum bisa dipakai," tegasnya.
Sementara itu, Kusnandi menyarankan untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok setidaknya harus melakukan vaksinasi sebanyak 70% dari jumlah populasi.
Mengingat pemberian vaksin pun terbatas, dia memprediksi herd immunity baru akan tercipta dalam beberapa tahun ke depan.
"Herd immunity itu mungkin perlu beberapa tahun, yang penting jaga jarak, cuci tangan, pakai masker," tukasnya mengingatkan.