Bisnis.com, JAKARTA – Salah satu dari banyak bahaya yang disebabkan oleh Covid-19 adalah kemampuan misterius penyakit tersebut untuk meningkatkan pembekuan darah di seluruh tubuh pasien yang terinfeksi oleh virus.
Dilansir dari Live Science, Kamis (5/11) saat ini, sebuah studi baru akhirnya menemukan penjelasan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dilaporkan bahwa penyakit tersebut tampaknya memacu produksi antibodi khusus yang diketahui memicu pembekuan darah.
Apa yang disebut dengan antibodi autoimun atau autoantibodi ini menyerang jaringan tubuh seseorang. Jenis autoantibodi khusus yang disebut antiphospholipid autoantibodies menyerang sel sedemikian rupa untuk meningkatkan pembekuan darah.
Dalam studi yang diterbitkan pada awal bulan ini di jurnal Science Translational Medicine, para peneliti mendeteksi autoantibodi ini pada sekitar setengah dari pasien yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit Covid-19.
Sebelum pandemi, autoantibodi ini biasanya terlihat pada orang yang memiliki kelainan autoimun yang dikenal sebagai sindrom antifosfolipid (APS). Sindrom ini memengaruhi sekitar 1 dari setiap 2.000 orang dan memicu pembekuan darah yang berbahaya pada arteri dan vena pasien.
Yogen Kanthi, asisten profesor di Michigan Medicine Frankel Cardiovascular Center mengatakan tim belajar bahwa autoantibodi bisa menjadi penyebab komplikasi Covid-19. Hal ini memainkan peran dalam lingkaran setan pembekuan darah dan pembengkakan pada orang dengan penyakit pandemi ini.
Antibodi Penyebab Gumpalan
Dalam studi barunya, para peneliti menganalisis sampel darah dari 172 pasien yang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19. Secara keseluruhan, sekitar 52 persen pasien memiliki autoantibodi antiphospholipid dalam darah mereka.
Terlebih lagi, ketika peneliti menyuntikkan autoantibodi itu ke tikus di dalam laboratorium, mereka mengamati jumlah pembekuan yang mencolok pada hewan. Kanthi menyebut ada beberapa pembekuan yang sangat buruk yang terjadi.
Baik pada Covid-19 dan APS, tidak jelas mengapa tubuh memproduksi antibodi penyebab gumpalan itu. National Institutes of Health menyatakan pada kasus APS, penyakit ini disebabkan oleh kombinasi genetika seseorang dan paparan lingkungan, termasuk paparan virus tertentu.
Para peneliti juga menemukan hubungan antara tingkat autoantibodi dan tingkat zat lain dalam darah yang disebut perangkap ekstraseluler neutrofil (NETS). Ini adalah struktur seperti jaring yang dilepaskan oleh sel darah putih yang dapat menjebak virus dan patogen lainnya.
Penulis berhipotesis bahwa autoantibodi dan NETS dapat bertindak bersama untuk meningkatkan pembekuan darah. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami peran autoantibodi ini dalam Covid-19, dan apa yang memicu produksinya.
Kasus Covid-19 yang parah sekarang biasanya diobati dengan obat anti pembekuan untuk mengurangi risiko pembekuan darah yang mengancam jiwa. Tetapi ada kemungkinan bahwa menghambat atau menghilangkan autoantibodi juga dapat meningkatkan hasil pasien.
Jika demikian, pasien mungkin mendapat manfaat dari pengobatan yang disebut plasmaferesis, yang terkadang digunakan dalam kasus penyakit autoimun yang parah dan melibatkan pengambilan, penyaringan, serta pengembalian plasma.
Studi ini juga menimbulkan pertanyaan tentang penggunaan plasma yang pulih atau plasma dari pasien Covid-19 untuk mengobati penyakit, karena plasma tersebut mungkin mengandung autoantibodi berbahaya ini selain antibodi yang membantu melawan Covid-19.
Mereka menyarankan penelitian di masa depan diperlukan untuk menyelidiki masalah ini, dan penulis saat ini sedang melakukan penelitian untuk melihat berapa lama autoantibodi bertahan setelah orang pulih dari Covid-19.